digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri tekstil Indonesia, yang dahulu menjadi salah satu pilar utama perekonomian nasional dan sektor prioritas dalam inisiatif “Making Indonesia 4.0”, kini menghadapi penurunan tajam akibat disrupsi pasar global, kenaikan biaya operasional, perubahan tren konsumen, serta persaingan ketat dari produk impor berbiaya rendah. Penelitian ini mengkaji kebangkrutan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang sebelumnya merupakan produsen tekstil terintegrasi terbesar di Indonesia, melalui analisis kinerja keuangan periode 2019–2023 menggunakan rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas, dan solvabilitas, serta rasio berbasis pasar seperti P/E, P/B, dan P/S. Analisis deret waktu dan perbandingan lintas perusahaan menunjukkan bahwa kejatuhan Sritex disebabkan oleh kombinasi salah kelola internal, beban utang yang berlebihan, dan penurunan efisiensi operasional, yang diperburuk oleh tekanan ekonomi eksternal. Temuan mengungkapkan memburuknya likuiditas, menurunnya profitabilitas, dan hilangnya kepercayaan investor jauh sebelum deklarasi pailit pada Oktober 2024. Kasus ini menegaskan perlunya reformasi struktural dan intervensi pemerintah yang lebih kuat melalui perlindungan perdagangan, insentif otomasi, dan pengendalian impor untuk mencegah penurunan lebih lanjut dan menjaga keberlangsungan industri tekstil Indonesia.