Dalam kegiatan produksi serta distribusi minyak bumi berpotensi besar terjadi tumpahan minyak bumi ke tanah. Tanah terkontaminasi minyak bumi yang tidak diolah secara khusus dapat bertahan dalam ekosistem selama jangka waktu yang lama dan bersifat karsinogenik atau mutagenik bagi makhluk hidup. Maka dari itu, dilakukan fitoremediasi yang merupakan bentuk bioremediasi dengan menggunakan tanaman untuk menghilangkan kontaminan lingkungan. Fitoremediasi merupakan metode yang murah dan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan produk samping. Tanaman Medicago sativa atau alfalfa dan Pennisetum purpureum atau rumput gajah, Imperata cylindrica atau alang-alang, dan Vetiveria zizanioides atau akar wangi sebagai sebagai agen fitoremediasi pada penelitian ini. Tanah terkontaminasi berasal dari area pertambangan minyak Minas, (Wilayah Kerja Rokan), Riau, denganjenis silt loam dengan TPH awal 0,5%. Untuk meningkatkan efektivtias penyisihan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) maka diberi kompos dengan beragam dosis, yaitu 10%, 25%, dan 50%, pada tanah terkontaminasi minyak bumi. Penelitian dilakukan dalam greehouse dengan kondisi lingkungan yang tidak dikontrol. Hasil penelitian setelah dilakukan proses fitoremediasi selama delapan minggu menunjukkan bahwa pada serial reaktor dengan tanaman rumput gajah dan serial reaktor dengan tanaman alfalfa, pertumbuhan tanaman yang akan semakin memburuk dengan penambahan dosis kompos. Namun, pada penambahan kompos 25% menghasilkan pengaruh signifikan terhadap penyisihan TPH dibanding penambahan dosis kompos lainnya pada rumput gajah dan alfalfa, yaitu 63,7% dan 64,3%. Tanaman alang-alang dan akar wangi dengan biomassa besar dan yang ditambahkan kompos 50% berhasil menyisihkan TPH masing-masing sebesar 57,6% dan 69,6%. Tanaman memiliki potensi sebagai agen penyisihan TPH pada tanah terkontaminasi minyak bumi.
Perpustakaan Digital ITB