Pasien DM dengan komorbid penyakit kardiovaskular direkomendasikan penggunaan sodium
glucose co-transporter-2 inhibitor (SGLT2i) dan glucagon like Peptide 1 receptor agonist
(GLP1-RA) yang terbukti mengurangi risiko komplikasi infark miokard. Selain itu, metformin
juga sebagai “first line” untuk pengobatan DM dan dapat secara signifikan mengurangi risiko
IM akut. Pada penelitian diteliti efek empagliflozin dan liraglutide dengan atau tanpa
metformin terhadap parameter DM dan IM pada tikus Wistar. Hewan diinduksi dengan
Lipomed® 20% MCT/LCT dosis 20 ml/kgBB (i.g) kemudian dilanjutkan induksi streptozotosin
(STZ) 55 mg/kgBB (i.p), selanjutnya model IM diinduksi Isoproterenol (ISO) 85 mg/kgBB
(i.p). Hewan diberi perlakuan sesuai kelompok yaitu kontrol negatif (Na CMC 0,5% i.g),
kontrol positif (DM+IM); kelompok uji 1 (liraglutide 0,062 mg/kgBB s.c); kelompok uji 2
(empagliflozin 1 mg/kgBB i.g); kelompok uji 3 (metformin 87,8 mg/kgBB i.g); kombinasi 1
(liraglutide 0,062 mg/kgBB s.c dan empagliflozin 1 mg/kgBB i.g); kombinasi 2 (metformin
85,7 mg/kgBB i.g; liraglutide 0,062 mg/kgBB s.c dan empagliflozin 1 mg/kgBB i.g) selama
30 hari. Kelompok kombinasi 1 menunjukan perbaikan pada parameter DM (nilai KITT
0,96%/menit dan GDP 108,67 mg/dL) dan parameter IM dengan persentase hambat (%)
biomarker creatine kinase (CK), CK-MB, aspartate transaminase (AST), dan alanine
transaminase (ALT) secara berurutan yaitu 59,88%, 63,05%, 48,63%, 40,32%. Pada
pengamatan histopatologi menunjukan perbaikan terhadap kerusakan miokard ditandai dengan
celah yang rapat antara serat miokard dan tidak teramati infiltrasi sel, sedangkan (%) luas area
infark (3,02%). Kadar protein SIRT-1 terjadi peningkatan sebesar (7,13 ng/mL). Sedangkan
pada kombinasi 2 tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi 1
pada parameter DM (nilai KITT 0,97%/menit dan GDP 126 mg/dL) dan parameter IM dengan
persentase hambat CK, CK-MB, AST, dan ALT secara berurutan yaitu 57,07%, 58,54%,
41,59%, 33,08%. Pada pengamatan histopatologi masih teramati celah yang lebar antara serat
miokard dan teramati infiltrasi sel, sedangkan % luas area infark tinggi yaitu (3,76%). Tidak
hanya itu, kadar protein SIRT-1 terdeteksi lebih sedikit (6,09 ng/mL).