ABSTRAK - Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Hutan merupakan ekosistem penting bagi kelangsungan hidup berbagai jenis flora
dan fauna, termasuk primata yang memiliki peran ekologis sangat penting sebagai
agen penyebar biji serta penyeimbang ekosistem. Di Pulau Jawa, primata endemik
menghadapi ancaman serius akibat tekanan populasi manusia dan alih fungsi
lahan yang mengakibatkan penurunan luas serta kualitas habitat. Salah satu faktor
penting habitat primata adalah kerapatan tajuk hutan, yang menyediakan tempat
berlindung, sumber makanan, dan perlindungan dari predator. Kawasan hutan
dengan tajuk rapat umumnya lebih mendukung kehidupan primata dibanding
kawasan yang terfragmentasi. Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBGMK),
salah satu dari 15 taman buru berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, memiliki fungsi perburuan terkontrol dan pelestarian satwa, termasuk
kukang, bultok, kera, dan lutung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian habitat primata dan mengetahui kontribusi dari masing – masing
variabel lingkungan yang digunakan dalam pemodelan kesesuaian habitat di
TBGMK. Pengumpulan data dilakukan pada 23–31 Agustus 2024 menggunakan
metode tracking dan pencatatan lokasi dengan Avenza Maps. Data primer lokasi
perjumpaan primata dikombinasikan dengan data sekunder berupa peta raster
variabel lingkungan: elevasi, kemiringan lereng, jarak terhadap jalan dan sungai,
tutupan lahan, serta Forest Canopy Density (FCD). Seluruh data diproses
menggunakan perangkat lunak MaxEnt. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa
FCD, tutupan lahan, dan jarak dari jalan adalah variabel yang paling berpengaruh
terhadap distribusi habitat primata. Nilai AUC sebesar 0,807 menunjukkan akurasi
model yang sangat baik. Luas habitat yang sesuai mencapai 1.796 hektar. Analisis
jackknife menunjukkan FCD merupakan variabel paling penting dalam
pendugaan kesesuaian habitat. Pengelolaan habitat perlu difokuskan pada
perlindungan habitat potensial, pengaturan akses manusia, konektivitas habitat,
serta monitoring dan edukasi konservasi secara berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB