digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Anindya Rizki Ermayanti
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Hutan merupakan ekosistem penting bagi kelangsungan hidup berbagai jenis flora dan fauna, termasuk primata yang memiliki peran ekologis sangat penting sebagai agen penyebar biji serta penyeimbang ekosistem. Di Pulau Jawa, primata endemik menghadapi ancaman serius akibat tekanan populasi manusia dan alih fungsi lahan yang mengakibatkan penurunan luas serta kualitas habitat. Salah satu faktor penting habitat primata adalah kerapatan tajuk hutan, yang menyediakan tempat berlindung, sumber makanan, dan perlindungan dari predator. Kawasan hutan dengan tajuk rapat umumnya lebih mendukung kehidupan primata dibanding kawasan yang terfragmentasi. Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBGMK), salah satu dari 15 taman buru berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, memiliki fungsi perburuan terkontrol dan pelestarian satwa, termasuk kukang, bultok, kera, dan lutung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian habitat primata dan mengetahui kontribusi dari masing – masing variabel lingkungan yang digunakan dalam pemodelan kesesuaian habitat di TBGMK. Pengumpulan data dilakukan pada 23–31 Agustus 2024 menggunakan metode tracking dan pencatatan lokasi dengan Avenza Maps. Data primer lokasi perjumpaan primata dikombinasikan dengan data sekunder berupa peta raster variabel lingkungan: elevasi, kemiringan lereng, jarak terhadap jalan dan sungai, tutupan lahan, serta Forest Canopy Density (FCD). Seluruh data diproses menggunakan perangkat lunak MaxEnt. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa FCD, tutupan lahan, dan jarak dari jalan adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap distribusi habitat primata. Nilai AUC sebesar 0,807 menunjukkan akurasi model yang sangat baik. Luas habitat yang sesuai mencapai 1.796 hektar. Analisis jackknife menunjukkan FCD merupakan variabel paling penting dalam pendugaan kesesuaian habitat. Pengelolaan habitat perlu difokuskan pada perlindungan habitat potensial, pengaturan akses manusia, konektivitas habitat, serta monitoring dan edukasi konservasi secara berkelanjutan.