Waduk Saguling memiliki peran strategis dalam penyediaan air baku, PLTA, serta
mendukung sektor perikanan dan pariwisata di Jawa Barat. Namun, meningkatnya
aktivitas antropogenik di daerah tangkapan air menyebabkan penurunan kualitas
air, yang ditandai oleh peningkatan kekeruhan dan penurunan transparansi.
Pemantauan kualitas air secara konvensional memiliki keterbatasan spasial dan
temporal, sehingga diperlukan pendekatan alternatif berbasis data penginderaan
jauh. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi dan menyusun peta sebaran
kekeruhan dan transparansi air di Waduk Saguling menggunakan data Landsat dan
data in-situ dengan integrasi metode ML. Data yang digunakan meliputi reflektansi
band 1–7 Landsat 8 dan parameter in-situ kualitas air pada periode 2013–2024.
Analisis diawali dengan uji korelasi Spearman antara data spektral dan parameter
in-situ terhadap kekeruhan dan transparansi dengan hubungan lemah hingga
sedang, dengan korelasi tertinggi pada band 3 terhadap kekeruhan (r? = 0,45) dan
transparansi (r? = -0,47). Regresi linear sederhana memperoleh nilai R² sebesar
0,1551 dan 0,1255 kekeruhan dan transparansi, serta R² sebesar 0,1461 dan 0,1240
untuk kekeruhan dan transparansi pada regresi logistik sederhana. Model regresi
linear berganda menghasilkan R² sebesar 0,1816 untuk kekeruhan dan 0,1552 untuk
transparansi, sementara regresi logistik berganda menghasilkan McFadden R²
sebesar 0,2715 untuk kekeruhan dan 0,1853 untuk transparansi. Metode RF
digunakan untuk mengidentifikasi kontribusi variabel prediktor. Hasil RF
menunjukkan bahwa band 3 band 7, dan DHL merupakan variabel utama yang
mempengaruhi kondisi optik air. Variabel terpilih kemudian digunakan sebagai
input dalam model ANN. Model ANN menghasilkan performa yang tinggi dengan
kemampuan dalam menjelaskan variabilitas kekeruhan sebesar 82,97% dan 83,76% untuk transparansi pada data testing. Berdasarkan model ANN, dilakukan prediksi sebaran kekeruhan dan transparansi untuk tahun 2025. Hasil prediksi menunjukkan
bahwa kekeruhan didominasi oleh kelas tinggi pada sebagian besar area waduk,
sementara transparansi berada pada kelas IV pada seluruh area waduk. Kondisi ini
menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah perairan Waduk Saguling berada
dalam kategori kualitas optik yang kurang baik dan memerlukan upaya penanganan
strategis dan berkelanjutan.