digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Adha Nur Kholif Pratama - Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

COVER Adha Nur Kholif Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

BAB 1 Adha Nur Kholif Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

BAB 2 Adha Nur Kholif Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

BAB 3 Adha Nur Kholif Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

BAB 4 Adha Nur Kholif Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

BAB 5 Adha Nur Kholif Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

PUSTAKA Adha Nur Kholif Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

Sungai Citarum merupakan sumber air permukaan yang diandalkan di Jawa Barat dalam menopang berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan domestik, irigasi pertanian, perikanan, dan industri. Meskipun menjadi sumber air yang penting, Sungai Citarum juga dijadikan sebagai saluran limbah raksasa yang berakibat terhadap kualitas sungai menjadi tercemar berat. Pencemaran Sungai Citarum tidak hanya berada di hilir dan tengah sungai melainkan dimulai dari hulu. Salah satu anak Sungai Citarum yang berada di bagian hulu adalah Sungai Cikakembang yang terletak di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Sungai Cikakembang menjadi salah satu sungai yang banyak dijadikan objek oleh peneliti karena memiliki segmentasi sungai yang lengkap, dimulai dari hulu yang masih jernih diantara persawahan lalu melewati daerah padat penduduk hingga melalui salah satu kawasan industri terpadat di Majalaya. Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan menjadikan Sungai Cikakembang tercemar. Pemodelan kualitas air sungai menjadi penghubung antara data sumber pencemar dan data monitoring kualitas sungai sebagai prediksi yang presisi dalam membuat skenario reduksi beban pencemar. Pencemaran sungai dapat dinilai dari beberapa parameter kunci, seperti oksigen terlarut, BOD, dan COD. Pemodelan kualitas air menggunakan Water Analysis Simulation Program (WASP) dengan 6 segmen sekitar 630 m, dan data topografi sungai, debit, data klimatologi, laju peluruhan, data sumber pencemar point source (industri) dan non point source (pertanian, domestik, peternakan). Selanjutnya hasil analisis sensititfitas terhadap keempat sumber pencemar menunjukkan sektor industri dan domestik merupakan faktor yang sensitif terhadap perubahan BOD dan COD. Skenario penurunan beban 25% pada sektor Industri mampu memperbaiki kualitas sungai pada Segmen 5 dan 6 dari segi parameter COD sesuai standar sungai kelas 2. Skenario penurunan beban 50% jika diterapkan secara terpisah, maka tidak akan maksimal hasil penurunannya. Sebaliknya perpaduan skenario 50% industri dan 25% domestik hampir berhasil menjadikan kualiatas air sungai di 4 segmen masuk dalam kriteria COD sesuai dengan klasifikasi kualitas sungai kelas 2