Sektor konstruksi memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Kontribusinya yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), serta kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor terkait seperti industri bahan bangunan, jasa keuangan, dan properti, menjadikan sektor ini sebagai salah satu pilar utama pembangunan nasional. Namun, kinerja sektor konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, khususnya inflasi dan suku bunga. Peningkatan inflasi akan berdampak langsung pada naiknya biaya material dan upah tenaga kerja, sedangkan suku bunga yang tinggi akan menyebabkan biaya pembiayaan proyek meningkat, yang pada akhirnya dapat mengurangi kelayakan proyek konstruksi secara keseluruhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dinamis antara inflasi, suku bunga, dan nilai konstruksi yang diselesaikan di Indonesia dalam rentang waktu tahun 2005 hingga 2023. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan menerapkan model Vector Autoregressive (VAR), yang bertujuan untuk menangkap pola hubungan timbal balik di antara ketiga variabel yang dianalisis, yaitu inflasi tahunan, suku bunga acuan, dan nilai output sektor konstruksi. Data yang digunakan bersumber dari lembaga resmi pemerintah, yakni Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Selain data sekunder, penelitian ini juga dilengkapi dengan wawancara mendalam bersama para praktisi dari empat perusahaan konstruksi nasional besar untuk memberikan konteks praktis dan validasi terhadap hasil kuantitatif yang diperoleh.
Hasil uji stasioneritas menunjukkan bahwa ketiga variabel tidak stasioner pada tingkat level, namun menjadi stasioner setelah dilakukan diferensiasi pertama. Uji kointegrasi Johansen mengonfirmasi adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antarvariabel, yang berarti bahwa meskipun hubungan jangka pendek mungkin lemah, terdapat keterkaitan struktural dalam jangka panjang. Namun demikian, uji kausalitas Granger mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek hanya inflasi yang secara signifikan menyebabkan perubahan pada suku bunga. Tidak ditemukan hubungan kausal jangka pendek yang signifikan dari inflasi
maupun suku bunga terhadap nilai output konstruksi. Analisis impulse response menunjukkan bahwa nilai konstruksi merespons secara positif terhadap guncangan inflasi, meskipun respons ini baru terlihat setelah beberapa periode. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh inflasi terhadap sektor konstruksi muncul secara tertunda, kemungkinan karena adanya proses penyesuaian harga kontrak dan revisi anggaran. Sebaliknya, guncangan pada suku bunga memberikan dampak negatif yang mulai terlihat pada periode kedua, yang menunjukkan bahwa suku bunga memiliki efek yang lebih langsung dan cepat terhadap sektor konstruksi melalui saluran pembiayaan. Analisis variance decomposition menunjukkan bahwa lebih dari 93 persen variasi dalam nilai konstruksi dijelaskan oleh nilai historisnya sendiri. Hal ini mencerminkan bahwa dalam jangka pendek, sektor konstruksi di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internalnya sendiri. Meskipun demikian, kontribusi dari inflasi dan suku bunga meningkat secara perlahan dalam jangka menengah, menunjukkan bahwa pengaruh makroekonomi terhadap sektor konstruksi terjadi secara bertahap dan tidak bersifat seketika.
Temuan dari wawancara dengan para pelaku industri mendukung hasil model VAR. Praktisi menyebutkan bahwa inflasi paling berdampak pada material yang bergantung pada impor dan energi, seperti baja, semen, dan solar. Strategi yang umum digunakan untuk mengatasi dampak inflasi meliputi kontrak harga tetap, pengadaan jangka panjang, dan penerapan teknik value engineering. Di sisi lain, kenaikan suku bunga dilaporkan mengurangi akses terhadap pinjaman dan mengganggu kelayakan proyek, khususnya di sektor swasta. Proyek-proyek yang didanai oleh pemerintah cenderung lebih tahan terhadap tekanan ini karena adanya jaminan anggaran serta klausul eskalasi harga dalam kontrak.
Sebagai kesimpulan, sektor konstruksi di Indonesia cenderung digerakkan oleh dinamika internal dalam jangka pendek, tetapi pengaruh inflasi dan suku bunga semakin signifikan dalam jangka menengah. Perubahan suku bunga memiliki efek yang lebih cepat, sementara dampak inflasi muncul setelah jeda waktu tertentu. Hal ini menandakan bahwa kebijakan moneter memengaruhi investasi konstruksi secara bertahap, bukan secara langsung.
Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai bagaimana variabel makroekonomi memengaruhi aktivitas konstruksi di negara berkembang. Temuan ini juga memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembuat kebijakan dalam menjaga stabilitas moneter dan bagi pelaku industri dalam menyusun strategi keuangan dan manajemen risiko yang adaptif. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan variabel tambahan atau membedah sektor konstruksi ke dalam subsektor agar hasil prediksi lebih rinci dan aplikatif.
Perpustakaan Digital ITB