digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - NURHAYATI
PUBLIC Open In Flipbook Irwan Sofiyan

Permintaan energi di Indonesia terus meningkat, sementara pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) masih rendah, di akhir tahun 2024 masih 14.1% dari target 23% pada 2025 sehingga diperlukan ekplorasi sumber alternatif yang berkelanjutan. Energi gelombang laut memiliki potensi besar, namun aspek keekonomiannya masih jarang dikaji. Studi ini menggunakan data ERA5 (2014 - 2023) untuk memodelkan potensi energi gelombang, menghitung annual energy production teoritis (AEPt) dan aktual perangkat (AEPpm) dari tiga teknologi wave energy converter (WEC): Bottom-referenced submergedheave-buoy (Bref-SHB), floating oscillating water column (F-OWC) dan bottom-fixed oscillating flap (B-OF). Analisis keekonomian dilakukan melalui perhitungan levelized cost of energy (LCOE) dengan dua skenario (uncapped dan capped) yang dibandingkan dengan Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan (BPP) listrik nasional. Hasil menunjukkan wilayah barat Sumatera, selatan Jawa dan Nusa Tenggara sebagai zona utama (>26 kW/m). Bref-SHB paling stabil (72.36% - 75.16% lokasi dibawah BPP), B-OF meningkat signifikan setelah capping (63.41% - 95.50%), sedangkan F-OWC tidak kompetitif. Studi ini menunjukkan bahwa integrasi perbandingan LCOE – BPP dalam dua skenario merupakan pendekatan baru yang lebih realistis dalam menilai kelayakan energi gelombang laut di Indonesia