Perubahan iklim global menjadi isu paling mendesak di abad ke-21. Pemerintah Indonesia menetapkan target NZE pada tahun 2060 serta bauran EBT sebanyak 23% di tahun 2025. Pada penelitian ini dilakukan analisis potensi integrasi PLTS terapung dan BESS sebagai usaha mendukung program NZE, pengurangan biaya pokok penyediaan, peningkatan bauran energi bersih, dan peningkatan kehandalan sistem interkoneksi Sumatera. Studi dilakukan dengan mengambil lokasi Danau Toba sebagai kandidat lokasi PLTS terapung dan dilakukan simulasi berbasis perangkat lunak PVsyst untuk mengevaluasi produksi energi PLTS, HOMER Pro untuk mengevaluasi kelayakan investasi, dan DIgSILENT PowerFactory untuk mengevaluasi kestabilan sistem.
Perhitungan kapasitas maksimum PLTS terapung Danau Toba menghasilkan nilai kapasitas sebesar 258 MWp. Simulasi teknis menggunakan PVsyst menunjukkan bahwa PLTS terapung 258 MWp mampu menghasilkan energi sebesar 346,5 GWh per tahun dengan Performance Ratio (PR) sebesar 82,9%. Simulasi keekonomian dengan HOMER Pro terhadap lima skenario integrasi PLTS dan BESS menunjukkan bahwa skenario S2 (Basecase + PLTS terapung 258 MWp + BESS 250 MW) menunjukkan hasil paling unggul, dengan nilai Levelized Cost of Electricity (LCOE) sebesar 1.347,49 Rp/kWh. Penambahan kapasitas lebih lanjut seperti pada skenario S5 (Basecase + PLTS terapung 1.032 MWp + BESS 1.000 MW) meningkatkan potensi pengurangan emisi CO?. Simulasi kestabilan sistem menggunakan DIgSILENT PowerFactory menunjukkan bahwa penambahan BESS meningkatkan stabilitas sistem kleistrikan Sumatera. Pada simulasi RMS fault, skenario S2 mencatat frekuensi nadir sebesar 49,99 Hz dan waktu pemulihan frekuensi 0 detik, jauh lebih baik dibandingkan skenario tanpa BESS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan PLTS terapung dan BESS di Danau Toba tidak hanya layak secara teknis dan ekonomis, tetapi juga mampu meningkatkan kehandalan sistem tenaga listrik Sumatera.
Perpustakaan Digital ITB