digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Aulia Hanifah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang juga memproduksi produk turunan seperti batu split. Kelancaran proses produksi menjadi faktor krusial untuk menjaga daya saing dan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Oleh karena itu, efektivitas dan efisiensi fasilitas produksi, termasuk mesin-mesin, harus selalu dalam kondisi optimal. Namun, pada kenyataannya, produksi batu split di PT Semen Padang seringkali tidak mencapai target harian sebesar 500 ton akibat tingginya downtime mesin. Berdasarkan data historis 2024, penyebab utama downtime adalah masalah mekanis dengan total 643 jam, dimana kontributor terbesarnya adalah mesin vibrating screen dengan total downtime 281 jam dari 55 kali kerusakan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemeliharaan yang ada saat ini belum optimal, ditandai dengan nilai Mean Time Between Failure (MTBF) yang lebih pendek dari interval PM yang dijadwalkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi kebijakan pemeliharaan pada mesin vibrating screen untuk meminimalkan ekspektasi biaya pemeliharaan dan meningkatkan ketersediaan (availability) mesin. Optimisasi dilakukan dengan menggunakan model kebijakan pemeliharaan periodik (periodic maintenance policy) karena mesin tergolong sistem yang dapat diperbaiki (repairable). Analisis keandalan dilakukan dengan model Crow untuk memodelkan laju kerusakan mesin yang teridentifikasi berada dalam fase keausan (wear-out) dengan parameter bentuk ? = 3,160. Berdasarkan hasil optimisasi, interval pemeliharaan preventif optimal untuk mesin vibrating screen secara keseluruhan adalah 1380 jam. Selain itu, ditentukan juga interval penggantian periodik untuk komponen kritisnya, yaitu 1270 jam untuk chute, 904,7 jam untuk wiremest 20x20, dan 1449 jam untuk wiremest 30x30. Implementasi kebijakan usulan ini mampu meningkatkan kinerja mesin secara signifikan. Tingkat ketersediaan mesin vibrating screen meningkat sebesar 4,02%, yaitu dari 95,98% menjadi 100%. Di samping itu, usulan kebijakan ini juga berhasil menurunkan total ekspektasi biaya pemeliharaan tahunan sebesar 22,35%, atau setara dengan penghematan sebesar Rp16.293.973.