digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Sultansyah Ilham Ramadhan
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Sultansyah Ilham Ramadhan
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Sultansyah Ilham Ramadhan
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Sultansyah Ilham Ramadhan
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Sultansyah Ilham Ramadhan
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Sultansyah Ilham Ramadhan
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Sultansyah Ilham Ramadhan
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Industri fesyen di Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian negara, memberikan kontribusi signifikan terhadap lapangan kerja dan ekspor kreatif. Namun, cacat produksi yang berulang, seperti jahitan tidak rata, robekan kain, ukuran yang tidak sesuai, dan kancing yang hilang, menjadi tantangan besar bagi produsen pakaian seperti MOOI Clothing Line. Masalah kualitas ini tidak hanya meningkatkan biaya operasional melalui pengerjaan ulang dan pemborosan tetapi juga mengancam kepuasan pelanggan dan daya saing pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengatasi penyebab utama cacat produksi dengan menggunakan metodologi Six Sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Penelitian dimulai dengan identifikasi cacat kritis di MOOI Clothing Line, di mana analisis Pareto menunjukkan bahwa jahitan tidak rata menyumbang lebih dari 33% dari total cacat, menjadikannya prioritas utama untuk perbaikan. Melalui fase Measure, Pengendalian Proses Statistik (SPC) dan analisis kapabilitas proses digunakan untuk menilai tren cacat dan stabilitas produksi. Hasil menunjukkan bahwa level sigma MOOI saat ini sekitar 3,17–3,55, menunjukkan perlunya perbaikan proses untuk memenuhi target perusahaan dalam mengurangi cacat hingga maksimum 2%. Analisis akar penyebab yang dilakukan dengan menggunakan Diagram Fishbone mengidentifikasi faktor-faktor kritis seperti sistem alur kerja yang tidak efisien, kurangnya prosedur kontrol kualitas yang distandarisasi, dan kurangnya pelatihan operator sebagai penyebab utama cacat. Untuk mengatasi masalah ini, penelitian ini mengusulkan perbaikan alur kerja produksi yang memisahkan tugas menjahit berdasarkan komponen pakaian (misalnya, kerah, lengan, bagian tubuh), memastikan konsistensi yang lebih baik dan mengurangi variabilitas. Selain itu, penerapan titik kontrol kualitas sementara sebelum perakitan akhir memungkinkan deteksi cacat lebih awal, mengurangi pengerjaan ulang dan ketidakefisienan produksi. Rekomendasi lebih lanjut termasuk peningkatan keterampilan operator melalui program pelatihan terstruktur, penerapan Prosedur Operasional Standar (SOP) yang kuat untuk kontrol kualitas, dan pengenalan dokumentasi cacat yang sistematis untuk v memantau masalah yang berulang. Dengan membangun budaya perbaikan berkelanjutan dan memanfaatkan alat Six Sigma, MOOI Clothing Line dapat secara signifikan mengurangi tingkat cacat, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Hasil dari penelitian ini memberikan wawasan praktis bagi produsen pakaian yang menghadapi tantangan serupa dan menekankan pentingnya sistem manajemen kualitas yang terstruktur dalam mencapai standar produksi yang berkelanjutan.