digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dea Ananda Azalia [27023003]
PUBLIC Open In Flipbook Noor Pujiati.,S.Sos

Galeri seni di institusi pendidikan tinggi memainkan peran strategis sebagai ruang pembelajaran, produksi wacana, dan interaksi publik dalam ekosistem akademik. Keberadaannya mendukung proses pendidikan melalui pengembangan literasi visual, eksplorasi artistik, dan keterlibatan mahasiswa dalam praktik kuratorial. Namun banyak galeri universitas di Indonesia masih menghadapi keterbatasan dalam struktur manajemen, pemanfaatan teknologi digital, dan integrasi dengan kurikulum. Kondisi ini menyebabkan galeri belum mampu merespons perubahan sosial dan perkembangan teknologi secara optimal terutama ketika menghadapi dinamika yang dipicu oleh pandemi COVID 19. Periode tersebut mempertegas kelemahan dalam kesiapan digital sekaligus menyoroti urgensi pengembangan model pengelolaan galeri universitas yang lebih adaptif responsif dan terintegrasi dengan teknologi. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini mengkaji pengelolaan galeri seni pada institusi pendidikan tinggi melalui studi kasus RMIT Gallery dan George Paton Gallery di Melbourne yang selama kurun waktu penelitian menunjukkan kemampuan adaptasi yang signifikan dari pra pandemi hingga pasca pandemi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua galeri berhasil membangun pola institusional baru melalui penguatan digitalisasi arsip pengembangan program hibrida dan kuratorial yang mengangkat isu sosial serta mendorong partisipasi komunitas. RMIT Gallery menerapkan pendekatan pengelolaan profesional berbasis riset dengan dukungan dokumentasi digital yang terintegrasi serta kolaborasi interdisipliner dalam penyelenggaraan pameran. Sementara itu George Paton Gallery mengembangkan model partisipatif yang memberi ruang kuratorial bagi mahasiswa serta memanfaatkan media digital sebagai sarana presentasi karya diskusi dan interaksi publik. Adaptasi ini mencerminkan transformasi fungsi galeri universitas dari ruang fisik semata menjadi medium pembelajaran dan produksi wacana yang berlangsung dalam format luring daring maupun gabungan. Analisis komparatif terhadap kedua galeri menghasilkan rancangan model adaptif yang dapat diterapkan pada konteks Indonesia. Model ini meliputi penguatan struktur manajemen galeri pengembangan kurikulum berbasis proyek integrasi digitalisasi arsip serta pengembangan jejaring kolaboratif antar institusi seni dan pendidikan. Bentuk jejaring ini mencakup pameran kolaboratif program residensi kuratorial lokakarya profesional dan pertukaran pengetahuan yang dirancang untuk memperluas kapasitas sumber daya serta mendukung keberlanjutan program galeri universitas. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan kajian manajemen seni dan praktik kuratorial berbasis teknologi dengan menawarkan dasar implementatif bagi institusi pendidikan tinggi seni di Indonesia. Dengan dukungan kelembagaan yang lebih fleksibel dan integrasi teknologi yang berkelanjutan galeri universitas berpotensi menjadi pusat riset kreatif inovasi kuratorial dan diplomasi budaya yang relevan dalam era pasca pandemi.