Galeri seni di institusi pendidikan tinggi memainkan peran strategis sebagai ruang
pembelajaran, produksi wacana, dan interaksi publik dalam ekosistem akademik.
Keberadaannya mendukung proses pendidikan melalui pengembangan literasi visual,
eksplorasi artistik, dan keterlibatan mahasiswa dalam praktik kuratorial. Namun
banyak galeri universitas di Indonesia masih menghadapi keterbatasan dalam struktur
manajemen, pemanfaatan teknologi digital, dan integrasi dengan kurikulum. Kondisi
ini menyebabkan galeri belum mampu merespons perubahan sosial dan
perkembangan teknologi secara optimal terutama ketika menghadapi dinamika yang
dipicu oleh pandemi COVID 19. Periode tersebut mempertegas kelemahan dalam
kesiapan digital sekaligus menyoroti urgensi pengembangan model pengelolaan
galeri universitas yang lebih adaptif responsif dan terintegrasi dengan teknologi.
Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini mengkaji pengelolaan galeri seni
pada institusi pendidikan tinggi melalui studi kasus RMIT Gallery dan George Paton
Gallery di Melbourne yang selama kurun waktu penelitian menunjukkan kemampuan
adaptasi yang signifikan dari pra pandemi hingga pasca pandemi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua galeri berhasil membangun pola
institusional baru melalui penguatan digitalisasi arsip pengembangan program hibrida
dan kuratorial yang mengangkat isu sosial serta mendorong partisipasi komunitas.
RMIT Gallery menerapkan pendekatan pengelolaan profesional berbasis riset dengan
dukungan dokumentasi digital yang terintegrasi serta kolaborasi interdisipliner dalam
penyelenggaraan pameran. Sementara itu George Paton Gallery mengembangkan
model partisipatif yang memberi ruang kuratorial bagi mahasiswa serta
memanfaatkan media digital sebagai sarana presentasi karya diskusi dan interaksi
publik. Adaptasi ini mencerminkan transformasi fungsi galeri universitas dari ruang
fisik semata menjadi medium pembelajaran dan produksi wacana yang berlangsung
dalam format luring daring maupun gabungan.
Analisis komparatif terhadap kedua galeri menghasilkan rancangan model adaptif
yang dapat diterapkan pada konteks Indonesia. Model ini meliputi penguatan struktur
manajemen galeri pengembangan kurikulum berbasis proyek integrasi digitalisasi
arsip serta pengembangan jejaring kolaboratif antar institusi seni dan pendidikan.
Bentuk jejaring ini mencakup pameran kolaboratif program residensi kuratorial
lokakarya profesional dan pertukaran pengetahuan yang dirancang untuk memperluas
kapasitas sumber daya serta mendukung keberlanjutan program galeri universitas.
Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan kajian manajemen seni dan
praktik kuratorial berbasis teknologi dengan menawarkan dasar implementatif bagi
institusi pendidikan tinggi seni di Indonesia. Dengan dukungan kelembagaan yang
lebih fleksibel dan integrasi teknologi yang berkelanjutan galeri universitas
berpotensi menjadi pusat riset kreatif inovasi kuratorial dan diplomasi budaya yang
relevan dalam era pasca pandemi.
Perpustakaan Digital ITB