BAB 1 Novayeni Sinaga
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Novayeni Sinaga
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Novayeni Sinaga
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Novayeni Sinaga
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Novayeni Sinaga
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Novayeni Sinaga
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Cekungan air tanah (CAT) merupakan suatu wilayah tempat terjadinya proses penambahan, pengaliran dan pelepasan air tanah. CAT Watuputih merupakan salah satu CAT yang berada di wilayah karst di wilayah Kabupaten Rembang dan Blora, dan merupakan kawasan yang dilindungi karena fungsi pentingnya dalam menyimpan dan menyediakan air bagi daerah di sekitarnya. Kegiatan penambangan batu gamping di kawasan ini dapat mengakibatkan penurunan kemampuan resapan air karena hilangnya penutupan vegetasi dan perubahan topografi sehingga apabila terus terjadi akan berdampak pada degradasi sistem hidrologi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tipe tutupan lahan di kawasan CAT Watuputih serta menentukan komposisi dan struktur vegetasi di sekitar mata air yang terdapat di CAT tersebut. Survei vegetasi dilakukan di tiga mata air, yaitu Mata Air Sumber Seribu (10 plot), Brubulan (dua plot) dan Kalipiji (enam plot). Pengamatan dilakukan juga di Mata Air Kalutan dan Pehutani Petak 97, namun tidak dilakukan analisis vegetasi karena kawasan sekitarnya berupa sawah, pertanian lahan kering dan hutan jati. Klasifikasi tutupan lahan dilakukan dengan metode On Screen Digitizing (OSD) sedangkan penentuan komposisi serta struktur vegetasi dilakukan dengan metode analisis vegetasi menggunakan plot kuadrat bertingkat (nested plot). Plot berukuran 20 m x 20 m digunakan untuk mengamati pohon (DBH >=20 cm); sub plot 10 m x 10 m untuk tiang (DBH 10-20 cm); sub plot 5 m x 5 m untuk pancang (DBH<10 cm) dan perdu; sub plot 2 m x 2 m untuk semai dan herba. Data yang diukur untuk habitus pohon adalah nama spesies, jumlah individu dan keliling batang, sedangkan untuk habitus herba dan perdu adalah nama spesies dan kerimbunan. Data vegetasi selanjutnya dianalisis untuk menentukan nilai indeks nilai penting (INP) setiap spesies dan indeks keanekaragaman ‘Shannon-Wiener’ (H’). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan tipe tutupan lahan di Kawasan CAT Watuputih dengan nilai Overall Accuracy (OA) klasifikasi sebesar 0.82 dan Kappa 0.75. Tipe tutupan lahan di kawasan ini adalah hutan alam (25.74 Ha), hutan jati (763.63 Ha), sawah (538.17 Ha), pertanian lahan kering (1766.29 Ha), lahan terbuka (0.78 Ha), lahan terbangun (188.25 Ha), pertambangan (230.16 Ha) dan area lain (9.38 Ha). Hasil analisis vegetasi di ketiga mata air menunjukan bahwa pada habitus pohon untuk tingkat pertumbuhan pohon ditemukan 30 spesies, tiang 26 spesies, pancang 21 spesies dan semai 48 spesies, sedangkan perdu 18 spesies dan herba 104 spesies. Vegetasi di Mata Air Sumber Seribu lebih beragam dibandingkan Mata Air Brubulan dan Kalipiji. Komposisi dan struktur vegetasi di sekitar Mata Air Sumber Seribu pada tingkatan pohon ditemukan 20 spesies (spesies dominan Tectona grandis dengan INP=56%,), 22 spesies tiang (spesies dominan Ptergota. alata dengan INP=60.43%), 20 spesies pancang (spesies dominan P. alata dengan INP=33,73), 33 spesies semai (spesies dominan P. alata dengan INP=51.38%), 11 spesies perdu (spesies dominan Chromolaena odorata dengan INP=127.10%), dan 51 spesies herba (spesies dominan
Mimosa pudica dengan INP=18.11%,). Tingkat keanekaragaman vegetasi di ketiga mata air tergolong rendah hingga sedang.
Perpustakaan Digital ITB