digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Abdul Rohman
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Abdul Rohman
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Abdul Rohman
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Abdul Rohman
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Abdul Rohman
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Abdul Rohman
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Abdul Rohman
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Penelitian ini meneliti anteseden Perilaku Ramah Lingkungan Karyawan (EGB) dalam sektor konstruksi milik negara Indonesia. Variabel yang diteliti meliputi Niat Perilaku Ramah Lingkungan (GBI), Efikasi Diri Ramah Lingkungan (GSE), Kesadaran Lingkungan Ramah Lingkungan (GEA), dan Manajemen Sumber Daya Manusia Ramah Lingkungan (GHRM). Untuk mencapai tujuan keberlanjutan, penting untuk memahami elemen-elemen yang mendorong perilaku pro-lingkungan baik pada tingkat manusia maupun organisasi, terutama mengingat dampak lingkungan yang besar dari industri konstruksi. Teori Perilaku Terencana (TPB) memberikan landasan teoritis untuk penelitian ini. Menurut TPB, sikap, standar subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan memengaruhi niat perilaku, yang pada gilirannya memengaruhi perilaku aktual. Structural Equation Modeling (SEM) digunakan dalam desain penelitian kuantitatif untuk menyelidiki korelasi yang dihipotesiskan di antara variabel-variabel tersebut. Survei daring dikirimkan kepada para pekerja di sebagian kecil perusahaan konstruksi milik negara Indonesia untuk mengumpulkan data. Melalui penggunaan purposive sampling, kami dapat mengidentifikasi dan menghubungi individu yang tanggung jawab operasional atau manajemennya secara langsung berkaitan dengan masalah lingkungan. Hasil dari studi empiris menunjukkan bahwa GBI dipengaruhi secara positif oleh GHRM dan GSE, yang menunjukkan bahwa sistem pendukung organisasi dan kepercayaan diri individu memainkan peran penting dalam memengaruhi niat untuk melakukan tindakan pro-lingkungan. Selain itu, data menunjukkan bahwa GBI memediasi efek tidak langsung GHRM dan GSE pada EGB, yang patut dicatat dan mendukung kerangka kerja TPB. Perlu dicatat bahwa mungkin ada kesenjangan dalam penerjemahan pengetahuan lingkungan menjadi niat dan tindakan perilaku, karena GEA ditemukan tidak memiliki efek langsung yang substansial pada GBI atau efek tidak langsung pada EGB. Temuan tersebut menunjukkan bahwa meningkatkan kesadaran saja tidak cukup, tetapi memerlukan praktik organisasi tambahan dan pemberdayaan psikologis. Studi ini menambah korpus penelitian yang berkembang tentang perilaku organisasi hijau dengan menyajikan data dari industri yang berpengaruh di negara berkembang. Hasilnya menyoroti kebutuhan penting untuk menerapkan prinsip-prinsip GHRM dan meningkatkan kemandirian staf untuk mendorong tindakan berkelanjutan di tempat kerja.