Kegiatan tambang terbuka batubara di Indonesia meninggalkan lubang bekas
tambang berskala besar yang berpotensi menjadi danau pascatambang. Namun,
interaksi antara air dan permukaan lubang tambang dapat menurunkan kualitas air
akibat proses geokimia seperti pelindian logam berat, pembentukan air asam
tambang (AAT), dan erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi sifat
geokimia batuan dari dinding lubang tambang berdasarkan posisi terhadap seam
batubara melalui uji mineralogi, uji statik, dan uji kinetik. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sampel mudstone didominasi oleh mineral kuarsa dan kaolinit,
sementara sandstone didominasi oleh kuarsa dan hematit. Komposisi mineral
tersebut bersifat inert, sehingga tidak menunjukkan potensi pelarutan maupun
pembentukan asam yang signifikan. Nilai pH, ORP, DO, DHL, TSS, dan TDS stabil
namun variatif setiap sampelnya sepanjang 12 minggu pengujian. Misalnya, sampel
S4 memiliki pH rata-rata 7,74, sementara S2 yang tergolong asam memiliki pH
rata-rata 4,57, namun keduanya menunjukkan kestabilan. Uji statik
mengindikasikan bahwa hanya tiga sampel (M2, M3, dan M4) diklasifikasikan
sebagai uncertain cenderung PAF, sedangkan lainnya tergolong NAF atau
uncertain cenderung NAF. Selain potensi asam, sampel juga menunjukkan potensi
akumulasi TSS yang tinggi. Strategi pengelolaan lingkungan yang
direkomendasikan dimulai dari pengisian danau pascatambang bertahap secara
terintegrasi dengan pemulihan kondisi hidrologis: reklamasi dan geoteknik,
penerapan cover system pada batuan yang berpotensi asam, serta pemantauan
kualitas air secara berkala. Akibat dari strategi ini adalah durasi pengisian yang bisa
jadi lebih lama untuk volume yang sama.
Perpustakaan Digital ITB