Pemenuhan permintaan global akan energi bersih dan target nasional Net Zero
Emission (NZE) 2060 memerlukan inovasi sistem energi yang rendah karbon dan
berkelanjutan. Hidrogen menjadi salah satu kandidat utama menuju dekarbonisasi,
mengingat performanya dalam pemanfaatan pada sektror transportasi, industri
maupun penyimpanan energi skala besar. Kapasitas aplikasi hidrogen hijau
mencapai 52 GW pada tahun 2060, dan sektor transportasi menjadi salah satu target
penerapan hidrogen dengan proyeksi pertumbuhan kendaraan fuel cell electric
vehicles (FCEV) hingga 3,6 juta unit. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan
infrastruktur produksi hidrogen menjadi semakin relevan dan strategis. Produksi
hidrogen salah satunya didapatkan dari elektrolisis yang memanfaatkan energi
listrik, di mana listrik dapat dibangkitkan melalui sumber energi fosil maupun
energi terbarukan. Potensi energi surya yang melimpah sepanjang tahun membuat
Indonesia berpeluang signifikan dalam mengembangkan energi baru terbarukan
(EBT) berupa teknologi panel surya (PV) untuk menghasilkan hidrogen hijau.
Pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar di masa depan memerlukan integrasi
sistem PV dengan Hydrogen Refueling Station (HRS) yang menawarkan
fleksibilitas dan efisiensi sistem energi. Hal ini melatarbelakangi penelitian terkait
sistem PV–HRS tanpa bergantung pada jaringan eksternal (off-grid system) yang
efisien dan layak secara tekno–ekonomi di Indonesia.
Penelitian ini menyajikan evaluasi tekno–ekonomi komparatif dari integrasi sistem
on-site PV–HRS skala kecil di kawasan industri Marunda, Jakarta dengan target
produksi harian sebesar 150 kg H? pada proyeksi tahun 2050–2060. Simulasi
dilakukan menggunakan perangkat lunak HOMER Pro dengan pendekatan multiconfiguration
techno-economic analysis terhadap enam konfigurasi sistem on-site
PV–HRS dari kombinasi tiga tipe panel surya (polikristalin, monokristalin, dan
hybrid) serta dua tipe elektroliser (Proton Exchange Membrane/PEM dan Alkaline
Electrolyzer/AWE). Evaluasi ekonomi dilakukan dengan parameter Net Present
Cost (NPC), Levelized Cost of Electricity (LCOE), dan Levelized Cost of Hydrogen
(LCOH). Kombinasi panel monokristalin Trina Solar Vertex 665Wp dengan
elektroliser tipe PEM Quest One ME450 menjadi konfigurasi paling optimal secara
tekno–ekonomi, dengan nilai NPC mencapai Rp70,8 miliar, LCOE senilai Rp271.450/kWh, serta LCOH sebesar Rp 91.000/kg H?. Tingginya efisiensi panel
serta stabilitas operasional pada sistem intermiten membuat konfigurasi ini lebih
unggul dibandingkan konfigurasi lainnya.
Harga hidrogen hijau pada tahun 2025 masih berada pada kisaran Rp 75.600–Rp
201.600/kg, dan diproyeksikan turun menjadi Rp 40.000–Rp 70.000/kg pada tahun
2060 seiring dengan efisiensi teknologi dan peningkatan skala produksi. Hasil
LCOH sebesar Rp91.000/kg dari Konfigurasi 1B pada penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai tersebut masih kompetitif meskipun berada di atas proyeksi pasar
global dan nasional. Nilai LCOH masih berada dalam rentang yang dapat diterima,
terutama jika mempertimbangkan konteks kondisi riil pengembangan awal
hidrogen di Indonesia sebagai solusi transisi dalam menghadapi ketidakpastian
pasar teknologi hidrogen hijau nasional. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa
perubahan biaya investasi awal pada panel PV maupun elektroliser akan
memengaruhi nilai LCOH secara signifikan, dengan kontribusi utama dari panel
PV yang dominan terhadap CAPEX. Namun efisiensi konversi energi secara tekno–
kimia tetap ditentukan oleh performa elektroliser, sehingga diperlukan perancangan
sistem PV–HRS secara komprehensif untuk menghasilkan sistem yang ekonomis
dan efisien. Implementasi integrasi sistem PV–HRS sejalan dengan arah kebijakan
pemerintah melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) maupun peta jalan
NZE 2060, sehingga diperlukan dukungan kebijakan dan optimalisasi teknologi
terutama untuk sektor transportasi di Indonesia. Penelitian ini dapat memberikan
wawasan yang komprehensif bagi perancangan sistem hidrogen hijau skala kecil
yang efisien dan ekonomis melalui integrasi PV–HRS untuk mendukung
dekarbonisasi di Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB