Fenomena kurva bebek akibat penetrasi tinggi pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS) menjadi tantangan utama pada sistem mikrogrid Pulau Lembata yang
direncanakan mengintegrasikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Atadei berkapasitas 2×5 MW pada tahun 2030. Ketidaksesuaian antara profil beban
harian dan produksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) memicu surplus daya
pada siang hari serta kebutuhan ramping rate yang tinggi menuju beban puncak,
yang berpotensi menurunkan faktor kapasitas (capacity factor/CF) dan
keekonomian PLTP. Keterbatasan ramping rate PLTP, yaitu 2% kapasitas nominal
per menit, membuat penyesuaian output secara cepat sulit dilakukan tanpa
berdampak pada kestabilan termal pembangkit. Penelitian ini bertujuan merancang
strategi operasi dan economic dispatch yang optimal bagi PLTP serta mengevaluasi
pemanfaatan beban fleksibel, khususnya penambangan Bitcoin dan produksi
hidrogen hijau, untuk menyerap surplus daya dan menjaga operasi PLTP mendekati
kapasitas nominal.
Metodologi mencakup pemodelan pertumbuhan beban sistem Lembata hingga
tahun 2042 pada dua skenario eksplisit: skenario pertumbuhan beban moderat
sebesar 7,07% per tahun dan skenario optimis sebesar 10,63% per tahun. Pada
masing-masing skenario, profil net load dan surplus daya dihitung menggunakan
metode merit-order economic dispatch. Daya PLTP yang tidak terserap
diidentifikasi melalui penurunan CF dibandingkan target operasional 90%. Selisih
antara CF aktual dan CF target tersebut didefinisikan sebagai kebutuhan beban
fleksibel, yang kemudian direncanakan melalui dua skema terpisah: (i)
penambangan Bitcoin, dioperasikan mengikuti surplus dan dihentikan saat
mendekati beban puncak; serta (ii) produksi hidrogen hijau berbasis Proton
Exchange Membrane (PEM) elektrolyzer dengan dua variasi kurva efisiensi
dinamis yaitu 0,75-0,70 (least steep) dan 0,75–0,60 (medium steep), untuk
merepresentasikan penurunan efisiensi pada beban fluktuatif.
Hasil menunjukkan bahwa tanpa beban fleksibel pada dua skenario pertumbuhan
beban, CF rata-rata PLTP hanya mencapai 84-88% selama 30 tahun dengan Net
Present Value (NPV) sistem pembangkit negatif (-31.7 hingga -30.3 juta USD).
Penambahan beban fleksibel meningkatkan CF hingga 90%, menurunkan
curtailment, dan mengurangi kebutuhan ramping cepat, sehingga keterbatasan
ramping rate PLTP tidak lagi menjadi hambatan operasional signifikan.
Penambangan Bitcoin memberikan potensi keuntungan tertinggi pada skenario
moderat dengan NPV hingga 29,7 juta USD dan IRR 86,4%, namun berisiko
volatilitas harga kripto. Produksi hidrogen hijau menawarkan manfaat strategis
jangka panjang meski margin keuntungan lebih terbatas, dengan kinerja ekonomi
yang dipengaruhi profil surplus dan efisiensi elektroliser yang digunakan.
Kebaruan penelitian ini terletak pada perumusan kebutuhan beban fleksibel
berbasis gap-10-90% CF dan evaluasi dua skema beban fleksibel non-konvensional
pada sistem PLTP-PLTS terisolasi, dengan integrasi proyeksi harga Bitcoin
berbasis power law serta kurva efisiensi dinamis PEM, yang memberikan
kontribusi teknis dan ekonomi bagi perencanaan sistem energi terbarukan di
wilayah kepulauan.
Perpustakaan Digital ITB