Penelitian ini membahas perancangan sistem pembangkit listrik tenaga biomassa
berbasis limbah tanaman padi dengan teknologi torrefaksi yang terintegrasi dengan
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dengan studi kasus di Kabupaten Merauke,
Indonesia. Saat ini, sekitar 93% sistem kelistrikan Merauke masih bergantung pada
bahan bakar minyak, yang menyebabkan tingginya biaya operasional dan
peningkatan emisi gas rumah kaca. Dengan potensi ketersediaan biomassa tanaman
padi sebesar ±342.026,39 ton/tahun (setara ±239.418,47 ton/tahun setelah
torrefaksi) dan rata-rata radiasi matahari 5,38 kWh/m²/hari, integrasi kedua sumber
energi terbarukan ini dianalisis secara teknis dan ekonomis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses torrefaksi meningkatkan kualitas bahan bakar dengan
menaikkan kandungan karbon dan nilai kalor dari 14–16 MJ/kg menjadi 18–22
MJ/kg. Simulasi sistem menghasilkan nilai Net Present Cost (NPC) terendah Rp
5,9 triliun dan Levelized Cost of Energy (LCOE) Rp 2.057/kWh, dengan
konfigurasi 100% energi terbarukan. Sistem ini mampu menghemat biaya bahan
bakar hingga Rp 808,2 miliar per tahun dibandingkan sistem eksisting, serta secara
signifikan menurunkan emisi polutan berbahaya seperti karbon monoksida (CO),
unburned hydrocarbons, sulfur dioksida (SO?), dan nitrogen oksida (NO?).
Meskipun emisi karbon dioksida (CO?) meningkat, emisi tersebut bersifat netral
karbon karena diserap kembali melalui proses fotosintesis tanaman padi
Perpustakaan Digital ITB