digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

BAB 1 Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

BAB 2 Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

BAB 3 Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

BAB 4 Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

BAB 5 Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

BAB 6 Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

PUSTAKA Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

LAMPIRAN Muhammad Ilham
PUBLIC Open In Flipbook Yoninur Almira

Sejak ekspansi kampus Universitas Parahyangan (UNPAR) ke Ciumbuleuit pada tahun 1974, kawasan telah mengalami perubahan signifikan yang ditandai dengan tumbuhnya hunian mahasiswa, apartemen, dan fasilitas komersial. Kajian ini diharapkan dapat mengisi kesenjangan studi dengan pendekatan interdisipliner di Indonesia terkait peran universitas sebagai katalis perubahan kota dari dalam. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan mixed-method dengan desain convergent parallel. Data kuantitatif menggunakan dataset citra satelit GLC_FCS30D dengan resolusi 30m serta survei mahasiswa yang tinggal di kawasan sekitar kampus, sementara data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara tokoh masyarakat dan pelaku usaha lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode 1985–2000 merupakan puncak awal ekspansi tutupan lahan terbangun, yang kemudian berkontribusi pada total peningkatan sebesar 19,38 hektar dan penurunan lahan sawah sebesar 27,64 hektar selama 1985–2022. Uji Moran’s I menunjukkan pola klaster spasial yang signifikan pada beberapa periode (1995 2000, 2010–2015, 2020–2022), serta klastering jangka panjang (1985–2022), mengindikasikan kecenderungan konsentrasi pembangunan. Perubahan kawasan dipengaruhi oleh empat faktor utama: (1) pertumbuhan perkotaan: kedekatan terhadap UNPAR (Cramér’s V = 0,139) dan aksesibilitas jalan (Cramér’s V = 0,086); (2) kebijakan dan regulasi yang menetapkan pembatasan formal, namun lemah dalam pengendalian dan penegakan zonasi; (3) ekonomi dan keuangan, masuknya investasi eksternal dalam sektor hunian mahasiswa; dan (4) faktor kontekstual seperti kondisi geografis dan adaptasi warga. Keberadaan UNPAR mendorong transformasi kawasan melalui pertumbuhan PBSA, pergeseran pola konsumsi digital, dan pengeluaran mahasiswa yang melampaui UMR (Rp5,3 juta), namun juga memicu gentrifikasi, peralihan kepemilikan ruang, dan segregasi sosial laten akibat perbedaan gaya hidup dan pola aktivitas antara mahasiswa dan masyarakat lokal.