digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Kholifah Nursa'diyyah R S P
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Kabupaten Bandung merupakan wilayah penyangga dari Kota Bandung yang berbatasan langsung dengan bagian utara, timur dan selatan kota tersebut. Tingginya pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mendorong ekspansi ruang kota dan berpengaruh pada perkembangan wilayah Kabupaten Bandung. Alih fungsi lahan terjadi secara masif yang ditunjukkan oleh penyusutan lahan sawah dari 31.161 hektar menjadi 28.747,68 pada tahun 2019-2024 dan hutan rakyat dari 10.454,54 menjadi 7.390,4 hektar pada tahun 2010-2023. Penelitian ini bertujuan merumuskan rekomendasi pengendalian urban sprawl berdasarkan identifikasi tipologi, faktor pendorong, dan pengendalian yang selama ini pemerintah implementasikan. Kebaruan utama dari penelitian ini adalah penggunaan grid heksagonal sebagai unit analisis untuk mengidentifikasi tipologi urban sprawl secara spasial-temporal berdasarkan 5 indikator melalui analisis skoring dan analisis regresi berganda (OLS) terhadap 19 variabel sosial-ekonomi dan fisik wilayah untuk mengetahui faktor pendorong terhadap urban sprawl di Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sprawl dengan intensitas tinggi tidak terjadi di wilayah perbatasan langsung Kota Bandung melainkan di wilayah selatan Kabupaten Bandung seperti Pangalengan, Rancabali, dan Kertasari. Pola sebaran urban sprawl terjadi secara polimorfik yaitu kondisi di mana satu wilayah bisa mengandung lebih dari satu bentuk sebaran atau pola urban sprawl seperti ribbon, leapfrog, maupun low-density development. Faktor utama pendorong sprawl meliputi harga lahan rendah, kedekatan fasilitas publik, dan kondisi geografis dengan elevasi tinggi. Sementara, wilayah dengan pertumbuhan penduduk dan kepemilikan kendaraan tinggi cenderung mengalami pembangunan yang lebih terkonsentrasi. Pengendalian spasial yang ada melalui Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) justru belum merespons wilayah-wilayah dengan intensitas sprawl tinggi pada wilayah selatan Kabupaten Bandung. Penelitian ini menyarankan pendekatan perencanaan yang responsif pada dinamika spasial dengan prioritas penyusunan RDTR pada wilayah rawan sprawl serta perumusan strategi pengendalian berjenjang dalam jangka pendek, menengah, dan panjang