digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Safitri Salsabila Athallah [17020044]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Pengaruh kebudayaan Hindu di Nusantara tidak menghapus keyakinan lokal, melainkan membentuk sintesis dengan spiritualitas masyarakat asli yang memperkaya ekspresi keagamaan dan keseniannya. Salah satu wujud konkret dari percampuran ini adalah arca Dewi Laksmi di Petirtaan Belahan, sebuah situs suci pada masa Raja Airlangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis visual arca Dewi Laksmi melalui pendekatan ikonografi dan mengkaji makna spiritualitas yang terkandung dalam konteks kepercayaan masyarakat Petirtaan Belahan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif interdisipliner, dengan memadukan analisis ikonografi-ikonologi Erwin Panofsky dengan teori Estetika Paradoks Jakob Soemardjo dan Agama Asli Rachmat Soebagya untuk mengkaji visualisasi arca Dewi Laksmi dan memahami bagaimana keberadaan arca tersebut mencerminkan spiritualitas masyarakat Petirtaan Belahan. Kajian ikonografi ini juga diperkuat dengan referensi ikonografi India melalui pedoman yang terdapat dalam kitab Manasara. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa visualisasi arca Dewi Laksmi di Petirtaan Belahan terdapat beberapa ketidakserupaan dari pedoman kitab Manasara, seperti penggunaan Kirita-makuta yang berbeda dari anjuran kitab Manasara. Arca Laksmi di Petirtaan Belahan juga menggunakan perhiasan-perhiasan khas masyarakat Jawa. Gestur simbolik arca yang menopang payudara merupakan khas Indonesia yang tidak ditemukan di India, baik dalam Manasara maupun arca-arca India. Keberadaan arca Dewi Laksmi di Petirtaan Belahan berfungsi sebagai medium spiritual masyarakat Belahan. Arca Dewi Laksmi berfungsi sebagai perantara antara manusia dengan yang transenden. Penempatan arca di petirtaan yang mengalirkan air dari payudara Dewi Laksmi dimaknai sebagai sebuah simbol kesuburan dan kemakmuran.