Safitri Salsabila Athallah [17020044]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Pengaruh kebudayaan Hindu di Nusantara tidak menghapus keyakinan lokal,
melainkan membentuk sintesis dengan spiritualitas masyarakat asli yang
memperkaya ekspresi keagamaan dan keseniannya. Salah satu wujud konkret dari
percampuran ini adalah arca Dewi Laksmi di Petirtaan Belahan, sebuah situs suci
pada masa Raja Airlangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis visual arca
Dewi Laksmi melalui pendekatan ikonografi dan mengkaji makna spiritualitas yang
terkandung dalam konteks kepercayaan masyarakat Petirtaan Belahan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif interdisipliner, dengan memadukan
analisis ikonografi-ikonologi Erwin Panofsky dengan teori Estetika Paradoks Jakob
Soemardjo dan Agama Asli Rachmat Soebagya untuk mengkaji visualisasi arca
Dewi Laksmi dan memahami bagaimana keberadaan arca tersebut mencerminkan
spiritualitas masyarakat Petirtaan Belahan. Kajian ikonografi ini juga diperkuat
dengan referensi ikonografi India melalui pedoman yang terdapat dalam kitab
Manasara.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa visualisasi arca Dewi Laksmi di Petirtaan
Belahan terdapat beberapa ketidakserupaan dari pedoman kitab Manasara, seperti
penggunaan Kirita-makuta yang berbeda dari anjuran kitab Manasara. Arca
Laksmi di Petirtaan Belahan juga menggunakan perhiasan-perhiasan khas
masyarakat Jawa. Gestur simbolik arca yang menopang payudara merupakan khas
Indonesia yang tidak ditemukan di India, baik dalam Manasara maupun arca-arca
India.
Keberadaan arca Dewi Laksmi di Petirtaan Belahan berfungsi sebagai medium
spiritual masyarakat Belahan. Arca Dewi Laksmi berfungsi sebagai perantara
antara manusia dengan yang transenden. Penempatan arca di petirtaan yang
mengalirkan air dari payudara Dewi Laksmi dimaknai sebagai sebuah simbol
kesuburan dan kemakmuran.
Perpustakaan Digital ITB