digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Irsyad Putra Mujahid
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Kota Bandung mengalami peningkatan suhu sebesar 0,79–3,49 °C dalam satu dekade terakhir, serta menjadi kota paling macet di Indonesia dan peringkat ke-12 dunia pada tahun 2024. Akibatnya peningkatan suhu dan juga kebisingan menjadi permasalahan di area perkotaan. Hutan kota sebagai bagian dari RTH berperan penting dalam memperbaiki mikroklimat melalui evapotranspirasi dan meredam kebisingan melalui daya serap dan pantulan gelombang suara. Saat ini kajian ekologi terkait dengan fungsi hutan kota dalam meregulasikan suhu dan kebisingan di ekosistem urban masih sedikit dilakukan, oleh karenanya penelitian ini dilakukan untuk mengkaji fungsi hutan kota dalam menurunkan suhu udara dan kebisingan di dua hutan kota, yaitu Hutan Kota Babakan Siliwangi (HKBS) dan Tegallega (HKT). Komunitas tumbuhan di kedua hutan kota dianalisis dengan menggunakan metode plot kuadrat berukuran 10 x 10 m2 (12 plot di setiap lokasi, total 24 plot). Citra satelit digunakan untuk mengukur tingkat kehijauan area (kepadatan vegetasi) di kedua lokasi penelitian melalui Normalized Difference Vegetation Index (NDVI ). Pengukuran suhu udara dilakukan di tiga titik hutan kota, yaitu bagian dalam, tepi, dan luar pada pagi, siang, dan sore hari (3 pengulangan di setiap titik), sedangkan kebisingan (dB) diukur hanya di bagian dalam dan luar hutan kota (3 pengulangan). Survei secara kualitatif terkait persepsi kenyamanan hutan kota dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 orang pengunjung di setiap lokasi. Hasil analisis vegetasi diketahi bahwa HKBS didominasi oleh tumbuhan Pometia pinnata (INP= 119,09%) dan Spathodea campanulata (INP=55,44%), sedangkan HKT didominasi oleh Cerbera odollam (INP= 129,66%) dan Swietenia macrophylla (INP= 90,60%). HKBS memiliki keanekaragaman vegetasi lebih tinggi (29 spesies, H' = 2,78) jika dibandingkan dengan HKT (9 spesies, H' = 1,84). Kerapatan vegetasi di HKBS lebih tiggi yang terlihat dari Nilai NDVI 0,78 jika dibandingkan HKT (NDVI = 0,55). Penurunan suhu di HKT dari luar ke dalam lebih tinggi (2,41 ± 1,07 °C (8,88%) dibandingkan dengan HKBS sebesar 1,55 ± 1,15 °C (6,25%). Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan di kedua hutan kota. Bagian luar HKT adalah area terbuka dengan tutupan kanopi yang kecil sehingga keberadaan hutan kota dapat menurunkan suhu secara signifikan. Penurunan kebisingan terjadi paling besar di HKBS (18,56 ± 9,18 dB(A); 21,78%) dibandingkan HKT (13,21 ± 9,46 dB(A); 16,29%). Hal ini terjadi karena kondisi vegetasi yang lebih rapat dan stratifikasi yang lebih kompleks di HKBS dibandingkan HKT membuat peredaman suara lebih besar terjadi di Babakan Siliwangi. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat merasakan keberadaan hutan kota dapat meningkatkan kenyamanan karena suhu yang lebih rendah serta kurangnya kebisingan akibat aktivitas manusia. Oleh karena itu, keberadaan RTH di Kota Bandung harus dipertahankan dan ditambah agar memberikan jasa ekologi yang baik bagi manusia di kawasan perkotaan.