Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, menghadapi
tantangan besar dalam mengelola dampak lingkungan dari industri pengolahan
nikel, khususnya produksi nickel pig iron (NPI). Proses intensif energi ini
menghasilkan emisi signifikan, termasuk gas rumah kaca (GRK) seperti CO?, serta
polutan udara lainnya seperti SO?, NO?, dan partikulat. Sebagai produsen nickel pig
iron, PT. X menggunakan metode rotary kiln-electric furnace (RKEF) dan
memproduksi listrik mandiri dari PLTU yang keduanya menghasilkan emisi gas
rumah kaca (GRK) dan non GRK yang signifikan. Pendekatan perhitungan yang
digunakan mencakup metode neraca massa dan faktor emisi untuk menghitung
emisi GRK dan non-GRK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total emisi GRK
pada tahun 2024 diestimasikan mencapai 2.330.492 ton CO?e. Emisi non-GRK
terbesar meliputi karbon monoksida sebesar 52.443 ton/tahun, diikuti oleh TSP,
NO?, dan SO?. Tahap peleburan di rotary kiln menjadi penyumbang emisi utama.
Diantara dua sumber yang diinventarisasi, hasil menunjukan bahwa emisi dari
kegiatan pengadaan energi untuk kegiatan produksi 23 kali lebih besar
dibandingkan kegiatan produksi itu sendiri. Selain itu, dengan metode neraca
massa, besar emisi yang terhitung lebih besar dibandingkan menggunakan faktor emisi tier 1.
Perpustakaan Digital ITB