2021 TS Husna Muizzati Shabrina 1-Abstrak.pdf?
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana
Air limbah dihasilkan dari setiap kegiatan manusia terutama dari kegiatan domestik. Limbah cair domestik yaitu limbah dari kakus (blackwater) dan limbah cuci selain kakus (greywater) mengandung materi pencemar. Untuk mengurangi resiko pencemaran, limbah cair domestik dapat diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) baik IPAL Domestik maupun IPAL khusus lumpur tinja. Kehadiran telur cacing di lingkungan menjadi perhatian sejak WHO mempublikasikan pedoman untuk penggunaan kembali air limbah, materi fekal, dan greywater untuk pertanian dan perairan dimana batas ekuivalen telur cacing dalam lumpur adalah kurang dari 1 telur/gram total solid (TS). Telur cacing parasit, khususnya Ascaris spp., menjadi ancaman dalam pemanfaatan lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) karena sifatnya yang resisten menyebabkan waktu ketahanan telur cacing lebih panjang dibandingkan mikroorganisme lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah telur cacing Ascaris spp. pada lumpur IPALD serta melakukan uji inaktivasi telur Ascaris spp. dalam lumpur dengan stabilisasi kapur dan penambahan amonia. Sampel lumpur diambil dari kolam anaerobik, fakultatif, dan maturasi set A IPAL Bojongsoang, Bandung. Karakterisasi fisik dijabarkan dari parameter pH dan temperatur. Metode deteksi dan kuantifikasi menggunakan prinsip flotasi dan sedimentasi. Pada prinsipnya, 20 gram sampel lumpur ditambahkan larutan deterjen Tween80 0,1%, dihomogenisasi, lalu disaring pada ayakan mesh 100 dan
20 ?m. Sampel yang tertahan di ayakan 20 ?m diambil, dibilas, dan disedimentasi lalu supernatan dibuang. Lumpur kemudian ditambahkan larutan pengapung ZnSO4 dengan SG 1,3. Supernatan disaring kembali di ayakan 20 ?m, dibilas dan disedimentasi. Supernatan dibuang sedangkan endapan dilihat di bawah mikroskop untuk perhitungan telur cacing. Jenis telur Ascaris spp. yang ditemukan terdiri dari bentuk fertil dan infertil. Ukuran telur Ascaris spp. fertil adalah panjang 55 – 75 ?m dan lebar 35 – 50 ?m. Umumnya telur berwarna kuning keemasan hingga coklat. Sedangkan telur Ascaris spp. infertil memiliki ukuran lebih besar dengan panjang 85 – 95 ?m dan lebar 43 – 47 ?m. Inaktivasi dilakukan dengan variasi temperatur 30 dan 40 °C, dosis CaO 26 dan 39%, dan konsentrasi amonia tambahan 1000 dan 5000 mg/L. Telur Ascaris spp. ditemukan di semua sampel dengan jumlah bentuk fertil lebih tinggi dibandingkan bentuk infertil dengan prosentase fertil 71,75 – 80% . Pada lumpur kolam anaerobik,
fakultatif, dan maturasi kedalaman 70 – 80 cm jumlah telur Ascaris spp. fertil berturut-turut adalah 221±27,15 telur/gram, 44±14,28 telur/gram, dan 55±24,94 telur/gram. Sedangkan untuk Ascaris spp. infertil, jumlah telur Ascaris spp. rata- rata 84±20,42 telur/gram, 4±3,53 telur/gram, dan 32±2,68 telur/gram. Pada lumpur kedalaman 2 – 3 meter, jumlah telur Ascaris spp. fertil pada kolam anaerobik, fakultatif, dan maturasi berturut-turut adalah 42,98 ± 13,09 telur/gram,
3,76 ± 4,30 telur/gram, dan 1,38 ± 1,38 telur/gram. Sedangkan infertil sebanyak
17,82 ± 6,55 telur/gram, 0,94 ± 1,63 telur/gram, dan 0,46 ± 0,80 telur/gram. Penggunaan temperatur 40 °C, dosis CaO 39% dan dosis ammonium 5000 mg/L untuk inaktivasi mencapai prosentase inaktivasi tertingggiyaitu 97,98 – 98,09% namun masih terdapat 1,12 telur/gram Ascaris spp. fertil sehingga belum memenuhi syarat dari WHO. Tingginya jumlah telur cacing parasit dalam air limbah mengindikasikan potensi banyaknya penduduk yang menderita Ascariais dimana feses dari penderita mengandung telur cacing dan masuk ke air limbah. Jumlah ini juga menunjukkan resiko tinggi pencemaran badan air dan daerah pertanian serta ancaman bagi kesehatan masyarakat di sekitar IPAL karena telur fertil akan dapat mencemari lingkungan dan bila masuk ke dalam tubuh inang akan berkembang dan melanjutkan siklus hidupnya.
Perpustakaan Digital ITB