digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Wahyu Triya Prayudi
PUBLIC Open In Flipbook Perpustakaan Prodi Arsitektur

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang diproyeksikan mencapai 319 juta jiwa pada tahun 2045 membawa dampak signifikan terhadap kebutuhan infrastruktur dasar, terutama perumahan. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan hunian (backlog) yang telah mencapai 9,9 juta unit pada tahun 2023 menjadi tantangan serius, khususnya bagi Generasi Y dan Z yang akan mendominasi struktur demografis produktif dalam dua dekade mendatang. Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan berbagai solusi teknologi hunian, salah satunya adalah Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang berbasis struktur modular pracetak. Meskipun sistem struktural RISHA menawarkan kecepatan pembangunan dan efisiensi biaya, komponen dindingnya masih menggunakan material konvensional yang memiliki dampak lingkungan cukup besar dalam hal energi tertanam (embodied energy) dan emisi karbon. Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah belum tersedianya alternatif komponen dinding pracetak yang tidak hanya layak secara struktural dan ekonomis, tetapi juga berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi pengadopsian panel dinding pracetak bertulang anyaman bambu sebagai solusi inovatif yang ramah lingkungan dan sesuai dengan karakteristik masyarakat sasaran, terutama generasi muda urban. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan metode campuran yang mencakup analisis sosial-ekonomi, lingkungan, serta pengujian teknis material. Secara sosial, studi adopsi teknologi menggunakan pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang dikombinasikan dengan metode Contingent Valuation Method (CVM) untuk mengukur willingness to adopt (WTA) dan willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap inovasi ini. Untuk menganalisis aspek lingkungan, perhitungan embodied energy dilakukan dengan pendekatan cradle-to-gate dalam kerangka Life Cycle Assessment (LCA), membandingkan panel bambu dengan material dinding konvensional seperti bata merah dan bata ringan ULC. Sementara itu, aspek teknis material dievaluasi melalui dua jenis uji: uji karakteristik termal (menggunakan parameter time lag dan decrement factor) serta uji mekanis lentur (mengacu pada standar ASTM C1609). Hasil penelitian menunjukkan bahwa panel pracetak berbasis anyaman bambu yang dilapisi plester memiliki potensi tinggi untuk diadopsi oleh masyarakat, dengan nilai willingness to pay rata-rata sebesar Rp192.427/m², yang berada di atas estimasi biaya produksinya. Tingkat adopsi diketahui dipengaruhi oleh variabel pendidikan, tingkat pendapatan, serta persepsi terhadap keamanan, ketahanan, dan kualitas visual dari material bambu. Meskipun demikian, terdapat tiga tantangan utama yang harus diatasi: (1) persepsi negatif terhadap daya tahan bambu terhadap cuaca dan hama, (2) keterbatasan keterampilan teknis dalam fabrikasi dan pemasangan panel, dan (3) belum adanya sertifikasi formal yang meningkatkan kepercayaan terhadap material alami dalam sistem bangunan modern. Dari sisi keberlanjutan, panel bambu menunjukkan kinerja luar biasa dengan potensi pengurangan embodied energy hingga 82,9% dibandingkan bata merah dan 73,14% dibandingkan bata ringan ULC. Uji karakteristik material menunjukkan bahwa tipe panel P-HY merupakan yang paling unggul dalam aspek termal dan mekanis dibandingkan tipe panel lainnya. Panel ini secara efektif menahan fluktuasi suhu dan memiliki kekuatan lentur yang cukup untuk memenuhi fungsi struktural dinding non-beban. Temuan ini menunjukkan bahwa bambu sebagai material lokal tidak hanya menjawab isu lingkungan, tetapi juga berpotensi menjadi bagian dari teknologi prefabrikasi nasional yang inklusif dan kontekstual. Secara strategis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan sistem perumahan berkelanjutan yang mendukung tujuan pembangunan nasional dan global. Inovasi ini sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya: Tujuan 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), Tujuan 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan Tujuan 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Dengan memperkenalkan panel precast bambu sebagai komponen struktural alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat, penelitian ini berkontribusi dalam transformasi teknologi perumahan ke arah yang lebih hijau, inklusif, dan berdaya saing