digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Muhammad Irvandi
PUBLIC Open In Flipbook Perpustakaan Prodi Arsitektur

Pertumbuhan penduduk Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren yang signifikan, sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (2023). Seiring dengan itu, jumlah rumah tangga yang memiliki hunian sendiri juga meningkat secara substansial. Perkembangan ini berpotensi menambah tekanan terhadap konsumsi energi sektor perumahan, yang merupakan salah satu penyumbang utama penggunaan energi di sektor bangunan. Dalam konteks ini, peningkatan performa termal rumah tinggal menjadi isu penting, terutama untuk mengurangi ketergantungan terhadap sistem pendinginan aktif. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah penggunaan material insulasi termal pada elemen pembatas bangunan. Namun demikian, material insulasi termal konvensional seperti fiberglass dan polistirena diketahui memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena jejak karbon produksinya yang tinggi, tingkat biodegradabilitas yang rendah, dan risiko kesehatan dalam proses instalasinya. Permasalahan tersebut mendorong perlunya eksplorasi terhadap material insulasi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Material berbasis miselium, yaitu struktur vegetatif dari jaringan jamur, menawarkan potensi yang menarik untuk dikembangkan sebagai insulasi termal. Miselium memiliki konduktivitas termal rendah, dapat tumbuh menggunakan limbah biomassa, dan memiliki kemampuan untuk terurai secara alami dalam lingkungan tanpa mencemari tanah atau air. Penggunaannya dapat mendukung upaya pengurangan emisi karbon, sekaligus menawarkan pendekatan baru dalam desain material bangunan berbasis bio-based. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik termal material berbasis miselium yang dikembangkan secara lokal, serta mengevaluasi pengaruh penerapannya sebagai insulasi terhadap kinerja termal rumah tinggal di dua kota dengan karakteristik iklim tropis yang berbeda, yakni Bandung dan Surabaya. Evaluasi dilakukan melalui pendekatan eksperimental dan simulatif, dengan membandingkan performa material miselium terhadap insulasi termal konvensional dan kondisi tanpa insulasi. Metodologi penelitian terdiri dari dua tahapan utama. Pertama, dilakukan pengujian laboratorium untuk memperoleh parameter termofisik material miselium, meliputi konduktivitas termal, kalor jenis, dan massa jenis. Pengujian dilakukan menggunakan metode steady-state untuk menghitung konduktivitas termal, kalorimetri untuk mengetahui kapasitas panas spesifik, serta pengukuran massa dan volume untuk menghitung densitas material. Kedua, data hasil uji digunakan sebagai input dalam simulasi kinerja bangunan menggunakan perangkat lunak EnergyPlus/DesignBuilder, untuk menganalisis Intensitas Konsumsi Energi (IKE) rumah tinggal satu lantai. Simulasi dilakukan dengan skenario temperatur set point 27°C, menggunakan tiga kondisi selubung bangunan: tanpa insulasi, menggunakan insulasi konvensional, dan menggunakan insulasi miselium. Hasil pengujian menunjukkan bahwa material miselium memiliki nilai konduktivitas termal sebesar 0,04 W/mK, yang sebanding dengan EPS dan material insulasi konvensional lainnya. Kalor jenisnya tercatat sebesar 1155,25 J/kgK, menandakan kapasitas penyimpanan panas yang cukup baik. Meskipun memiliki massa jenis sebesar 140,58 kg/m³, nilai tersebut masih dalam batas toleransi untuk insulasi bangunan dan menunjukkan peningkatan kestabilan dibandingkan dengan material miselium komposit generasi awal. Dari sisi kinerja bangunan, penerapan insulasi miselium menunjukkan penurunan signifikan dalam IKE di Bandung, menurunkan kategori konsumsi dari "Boros" menjadi "Sedang". Di Surabaya, meskipun nilai IKE juga menurun, klasifikasinya masih dalam kategori "Boros", yang menunjukkan bahwa kondisi iklim panas dan lembap di kota tersebut memerlukan strategi tambahan untuk mencapai kenyamanan termal optimal, seperti ventilasi silang, pemanfaatan shading, atau material atap reflektif. Penerapan miselium sebagai insulasi terbukti berkontribusi dalam menjaga stabilitas suhu ruang dalam bangunan, khususnya dalam meredam lonjakan suhu pada siang hari. Material ini menunjukkan performa yang konsisten dalam mengurangi paparan suhu ekstrem, serta memperbaiki profil kenyamanan termal pasif di dalam bangunan. Potensinya tidak hanya terletak pada aspek performa teknis, melainkan juga pada keberlanjutan ekologi dan ekonomi sirkular. Karakteristik biodegradabilitasnya memberikan peluang untuk mengembangkan sistem insulasi modular yang dapat diganti atau ditingkatkan tanpa membebani lingkungan pasca pemakaian. Temuan ini mendemonstrasikan bahwa material berbasis miselium layak dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif insulasi bangunan yang tidak hanya efisien secara termal, tetapi juga kompatibel dengan agenda dekarbonisasi sektor konstruksi dan pengembangan arsitektur berkelanjutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan kebijakan dan praktik desain bangunan ramah lingkungan, serta membuka ruang inovasi lebih luas dalam pengembangan material arsitektur berbasis biomassa lokal. Pendekatan ini berpotensi memperluas ekosistem industri hijau di sektor konstruksi Indonesia dan mendukung transisi menuju pembangunan rendah emisi.