Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan memberikan penugasan khusus
kepada kepada PT. Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menjalankan fungsi
penyediaan layanan transportasi angkutan orang kelas ekonomi melalui program
program Public Service Obigation (PSO). PSO merupakan alokasi anggaran yang
termasuk dalam alokasi subsidi Pemerintah yang digunakan antara lain untuk sektor
transportasi. Skema penghitungan besaran subsidi dihitung dari selisih tarif antara
yang ditetapkan pemerintah dan PT. KCI dikalikan target jumlah penumpang yang
menggunakan layanan tersebut setiap tahunnya berdasarkan rencana kerja yang
diajukan oleh Operator.
Rencana kerja yang disetujui antara Pemerintah dan PT. KCI akan menjadi
kebijakan operasional PT. KCI dalam menjalankan layanan KRL Jabodetabek.
Semua penambahan kegiatan operasional yang dilakukan diluar yang disetujui
dalam Kebijakan Operasional PT. KCI pembiayaannya ditanggung oleh PT. KCI
sendiri selaku operator. Kebijakan operasional ini kemudian memiliki konsekuensi
sebagai Biaya Operasional.
Dengan skema subsidi yang demikan maka akan terjadi ketidakpastian dalam
penganggaran besaran Subsidi oleh Pemerintah dan pendapatan dari operator. Hal
ini dikarenakan besaran subsidi tergantung kepada realisasi jumlah penumpang
yang belum pasti jumlahnya. Apabila realisasi jumlah penumpang melebihi target
yang ditentukan maka pemerintah harus menambah jumlah subsidi yang akan
dibayarkan. Begitupun sebaliknya apabila realisasi jumlah penumpang yang
terlayani selama satu tahun anggaran kurang dari target, maka bisa juga terjadi
kemungkinan operator akan mengalami kerugian.
Pada pengoperasian layanan KRL Jabodetabek selama tahun 2017 mengalami PT.
KCI mencatat realisasi jumlah penumpang sebesar 107% dari target di awal tahun.
Sedangkan pada sisi biaya operasionalnya justru PT. KCI mencatat penurunan
target karena efisiensi. Sehingga dapat dipastikan PT. KCI sebagai operator akan
menerima penghasilan yang lebih tinggi dari target yang ditetapkan dari sisi
pendapatan penumpang dan subsidi pada sisi penumpang dan pengurangan biaya
operasional dari penghematan biaya operasional. Anomali terjadi ketika
peningkatan jumlah penumpang tidak berbanding lurus dengan peningkatan biaya operasional dari layanan KRL Jabodetabek. Evaluasi dilakukan untuk menganalisa
pengaruh realisasi jumlah penumpang terhadap jumlah subsidi dari pemerintah dan
biaya operasional dari operator dengan memperhatikan kualitas layanan (level of
services) berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Tujuan dari penelitian ini adalah Analisis karakteristik perjalanan penumpang KRL
Jabodetabek, menghitung biaya operasional kereta Api (BOKA), melakukan
identifikasi terhadap permasalahan yang timbul pada penerapan skema subsidi
KRL Jabodetabek akibat peningkatan jumlah penumpang. Dengan metode
deskriptif analitis diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap permasalahan
yang terjadi.
Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah analisa jumlah penumpang
dilakukan pada realisasi tahun 2017, analisis terhadap biaya operasional kereta api
berdasarkan biaya operasional pada tahun anggaran 2017, analisis terhadap
kebijakan operasional KRL Jabodetabek pada rencana kerja tahun anggaran 2017,
melakukan analisis terhadap besaran Subsidi berdasarkan Biaya Operasi Kereta Api
KRL Jabodetabek
Realisasi jumlah penumpang bertambah dari 294.526.176 penumpang menjadi
315.853.991 penumpang pada realisasi akhir tahun atau mencapai 107%. Besaran
subsidi dari jumlah penumpang adalah Rp. 1.407.364.712.750,- atau operator
mendapat margin laba sebesar 20,96%. Dalam skema subsidi yang diterapkan
sekarang memiliki potensi mengganggu keberlanjutan layanan KRL Jabodetabek
dikarenakan pada kondisi realisasi penumpang 80% - 90% target atau lebih kurang lagi
akan membuat Operator merugi, pada kondisi capaian melebihi target maka pemerintah
membayar lebih besar jumlah subsidi dari yang dianggarkan. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa Operator mempunyai kewajiban memperbaiki kualitas layanan
sesuai SPM yang telah ditetapkan senilai Rp. 22.439.592 ,-/ hari atau senilai Rp.
8.190.451.427,29,-/ Tahun untuk biaya operasional tambahan akibat realisasi jumlah
penumpang diatas target awal yang ditetapkan di rencana kerja.
Perpustakaan Digital ITB