digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembangunan konstruksi di Ibu Kota Nusantara (IKN) dihadapkan pada tantangan bahwa belum terdapat banyak studi penelitian dan analisis lanjutan yang dilakukan oleh berbagai ahli bidangnya. Pada proses Pembangunan Tahap I IKN utamanya pada penyelidikan awal geoteknik diketahui bahwa konstruksi yang dibangun melewati claystone Formasi Pamaluan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan klasifikasi claystone di IKN utamanya untuk penentuan parameter shear strength sehingga dapat menjadi acuan desain bagi pelaksanaan konstruksi di Kawasan IKN utamanya untuk analisa kestabilan lereng yang melibatkan lapisan claystone untuk jangka pendek dan jangka panjang. Penentuan parameter desain claystone dilakukan dengan korelasi data lapangan dan laboratorium serta perhitungan back analysis. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pendekatan mekanika tanah dan mekanika batuan melalui model Hardening Soil dan Hoek Brown. Dari penelitian didapatkan bahwa claystone IKN terdiri dari weathered claystone dan fresh claystone. Weathered claystone memiliki tingkat pelapukan moderately weathered, indeks durability low – medium, dan tingkat plastisitas low – medium (2.70 – 9.80 %) sementara fresh claystone memiliki tingkat pelapukan slighty wethered – unweathered, indeks durability medium – high, dan tingkat plastisitas low (1.10 – 7.30%). Lapisan weathered claystone memiliki rentang nilai parameter desain ????? = 18 – 36 kPa, ?????????????????????= 25 - 32?, dan ?????????????????????????????= 22 – 32.5? sementara lapisan fresh claystone memiliki rentang nilai parameter desain ????? = 25 – 50 kPa ?????????????????????= 28 – 35?, dan ?????????????????????????????= 22 – 32.5?. Nilai faktor keamanan yang dihasilkan oleh analisis kestabilan lereng menggunakan model Hoek Brown relative lebih kritis dibandingkan dengan model Hardening Soil. Model Hoek Brown mampu menggambarkan perilaku rock mass dimana failure mechanism dikontrol oleh intensive defects (diskontinuitas) yang direpresentasikan oleh nilai GSI, akan tetapi Model ini tidak dapat menunjukkan perubahan parameter claystone pada kondisi jangka panjang dan jangka pendek. Model Hardening Soil mampu menggambarkan perubahan parameter jangka panjang dan jangka pendek, akan tetapi model ini tidak dapat mengakomodasi pengaruh keberadaan diskontinuitas pada claystone.