digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak_Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

COVER Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

BAB 1 Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

BAB 2 Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

BAB 3 Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

BAB 4 Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

BAB 5 Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana


LAMPIRAN Beba Shiami
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

Populasi lansia di Indonesia terus meningkat seiring dengan transisi demografi dan epidemiologi. Dalam pengobatan pasien geriatri, penggunaan obat yang tidak tepat atau Potentially Inappropriate Medications (PIMs) menjadi tantangan serius karena tingginya risiko efek samping dan kondisi polifarmasi yang umum terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kejadian serta karakteristik PIMs pada pasien geriatri dengan diagnosis stroke di Rumah Sakit Otak Dr. Drs. M. Hatta Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan prospektif pada 110 pasien berusia ?60 tahun yang menjalani rawat inap minimal 24 jam dengan penggunaan lebih dari satu jenis obat. Hasil penelitian menunjukkan seluruh pasien (100%) mengalami minimal satu kasus PIMs dan polifarmasi. Sebagian besar responden menerima dua hingga tiga PIMs (49%). Kategori PIMs yang teridentifikasi meliputi obat yang sebaiknya dihindari (29,1%), obat tidak tepat untuk penyakit tertentu (100%), obat yang harus digunakan dengan kehatihatian (20%), interaksi obat berisiko tinggi (5,5%), serta obat yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan fungsi ginjal (40%). Obat yang paling sering digunakan adalah ranitidin (100%) dan haloperidol (10%). Analisis korelasi berdasarkan kategori jumlah PIMs menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) antara jumlah PIMs dengan jumlah obat yang dikonsumsi, jumlah dokter penanggung jawab pelayanan, fungsi ginjal, usia, serta riwayat penyakit jantung. Sementara itu, tidak ditemukan hubungan bermakna antara jumlah PIMs dengan lama rawat inap, diagnosis stroke, jenis kelamin, maupun faktor sosiodemografi lainnya. Karena seluruh pasien mengalami minimal satu kejadian PIM, analisis korelasi variabel biner tidak dapat dilakukan. Penggunaan ranitidin dan haloperidol pada populasi penelitian ini dilakukan sesuai pedoman nasional tata laksana stroke akut. Oleh karena itu, kebijakan penggunaan obat pada lansia sebaiknya mempertimbangkan integrasi panduan nasional dan internasional seperti kriteria Beers, guna mengoptimalkan efektivitas pengobatan dan meminimalkan risiko jangka panjang.