Kota Surabaya merupakan kota terpadat kedua di Indonesia dengan jumlah
penduduk dan kendaraan bermotor yang terus meningkat setiap tahunnya.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berdampak signifikan terhadap
peningkatan emisi pencemar udara dari sektor transportasi, yang menjadi
kontributor utama pencemaran udara di kota ini. Berbagai polutan seperti CO, NOx,
SO2, VOC, PM10, dan PM2.5 banyak dihasilkan dari aktivitas kendaraan, terutama
di wilayah padat lalu lintas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya penurunan emisi
melalui strategi yang efektif, salah satunya dengan perbaikan kualitas bahan bakar
berupa penggunakan oksigenat. Penelitian ini bertujuan mengestimasi emisi VOC,
CO, NOx, PM2.5, PM10, dan SO2 dari sektor transportasi di Kota Surabaya akibat
perbedaan jenis bahan bakar bensin menggunakan model MOVES, serta
mengidentifikasi jenis kendaraan dan bahan bakar penyumbang emisi terbesar
untuk merumuskan rekomendasi kebijakan pengurangan emisi.
Penelitian ini meliputi inventarisasi emisi, pembuatan peta sebaran polutan, serta
analisis kebijakan sebagai rekomendasi usaha dalam menurunkan emisi polutan.
Hasil menunjukkan bahwa bahan bakar R90 menyumbang emisi tertinggi di Kota
Surabaya. Sedangkan, bahan aditif (oksigenat) berupa etanol dan eter secara general
dapat mereduksi emisi, namun menunjukkan efek yang berbeda bergantung pada
jenis polutan. Emisi CO, NOx, dan VOC paling banyak dihasilkan oleh mobil
penumpang, sedangkan SO2, PM10, dan PM2.5 didominasi oleh truk besar. Skenario
kebijakan berupa peralihan ke kendaraan listrik dan penggunaan bahan bakar
bersulfur rendah menunjukkan potensi reduksi emisi hingga 90%. Persebaran emisi
di Kota Surabaya dipengaruhi oleh sumber polutan. Emisi CO dan VOC
terkonsentrasi di wilayah utara hingga timur. Semengtara itu, emisi NOx dan SO2
terpusat di pusat kota hingga utara serta sepanjang jalan tol dari selatan ke utara,
sejalan dengan jalur kendaraan berat yang juga menjadi sumber utama PM10 dan
PM2.5.
Perpustakaan Digital ITB