digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Putri Nandi Pinta Agusria
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Putri Nandi Pinta Agusria
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Putri Nandi Pinta Agusria
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Putri Nandi Pinta Agusria
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Putri Nandi Pinta Agusria
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Putri Nandi Pinta Agusria
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Putri Nandi Pinta Agusria
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Bagi kelompok kurang mampu—terutama perempuan wirausaha di pedesaan— teknologi finansial telah mentransformasi akses terhadap permodalan. Dengan menggunakan studi kasus Amartha, sebuah platform peer-to-peer (P2P) lending, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana pembiayaan ultra-mikro dapat mengurangi kemiskinan di kalangan perempuan Indonesia. Studi ini mengkaji kerangka legislasi, pengaruh ekonomi terhadap perempuan, serta aksesibilitas teknologi yang memengaruhi inklusi keuangan di daerah tertinggal. Kurangnya riwayat kredit, agunan, dan pekerjaan formal membuat perempuan di pedesaan Indonesia mengalami eksklusi finansial. Bank konvensional umumnya mengabaikan kelompok ini, menciptakan kesenjangan yang coba dijembatani oleh perusahaan fintech seperti Amartha. Amartha menyediakan pinjaman mikro bagi perempuan wirausaha untuk memulai atau mengembangkan usahanya, sehingga meningkatkan pendapatan rumah tangga dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Sejak diluncurkan pada tahun 2010, Amartha telah memberdayakan lebih dari 1,5 juta perempuan, menunjukkan kekuatan transformatif fintech dalam pengentasan kemiskinan. Pertanyaan utama dalam penelitian ini berkaitan dengan strategi korporasi dan dampak ekonominya. Studi ini menggunakan pendekatan metode campuran yang menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif. Data sekunder berasal dari laporan perusahaan, literatur ilmiah, dan dokumen regulasi, sementara data primer dikumpulkan melalui survei dan wawancara dengan manajemen serta mitra Amartha. Untuk mengevaluasi kinerja Amartha, penelitian ini juga menggabungkan teori manajemen risiko, kebijakan inklusi keuangan, dan model ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bisnis Amartha—yang memadukan sistem group lending ala Grameen dengan penilaian kredit digital melalui Amartha Score—telah berhasil menurunkan rasio Non-Performing Loan (NPL) secara signifikan, bahkan melampaui kinerja bank tradisional seperti BRI dalam beberapa kuartal antara tahun 2023 dan 2024. Temuan survei memperkuat kinerja ini karena Amartha secara signifikan meningkatkan akses perempuan terhadap pembiayaan, pendapatan, dan kemandirian finansial di pedesaan Indonesia. Melalui analisis strategis menggunakan Porter’s Five Forces, SWOT, dan TOWS, penelitian ini menyoroti kekuatan Amartha dalam memanfaatkan model pinjaman berbasis sosial, operasi digital yang efektif, serta diferensiasi misi yang kuat dalam pasar P2P lending yang semakin kompetitif. Penelitian ini menganalisis efektivitas model bisnis Amartha—yang berpusat pada sistem group lending ala Grameen dan skor kredit digital—dalam mempertahankan rasio NPL yang rendah serta mendorong inklusi keuangan bagi perempuan kurang mampu di pedesaan Indonesia. Dengan dukungan dari sistem pengawasan antar mitra (peer monitoring), keterlibatan komunitas, dan pendekatan hibrida antara teknologi dan sentuhan manusia, Amartha menunjukkan kinerja NPL yang kompetitif bahkan seringkali lebih baik daripada model tradisional milik BRI. Melalui analisis deskriptif terhadap data NPL, wawancara pemangku kepentingan, dan survei peminjam, penelitian ini menemukan bahwa strategi Amartha tidak hanya meningkatkan kedisiplinan pembayaran, tetapi juga membantu peningkatan pendapatan serta pemberdayaan finansial perempuan. Untuk memetakan posisi strategis Amartha dalam lanskap fintech Indonesia, studi ini menggabungkan kerangka PESTEL, SWOT, TOWS, VRIO, dan Porter’s Five Forces.