digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gaya kepemimpinan berperan krusial dalam membentuk dinamika organisasi, namun pengaruh cara pemaknaan kekuasaan oleh pemimpin terhadap perilaku negosiasi bawahan masih minim kajiannya. Penelitian ini menguji bagaimana persepsi kekuasaan apakah dipandang sebagai peluang untuk meraih keuntungan pribadi maupun sebagai tanggung jawab terhadap bawahan mempengaruhi kecenderungan bawahan menggunakan taktik pertukaran manfaat dalam negosiasi. Selain itu, peran gender sebagai variabel moderasi turut dianalisis. Menggunakan rancangan eksperimen antar-subjek, 332 partisipan dibagi dalam dua kondisi: pemaknaan kekuasaan sebagai kesempatan atau sebagai tanggung jawab. Respons negosiasi diukur melalui instrumen survei terstandar, dan data dianalisis dengan t-test dan ANOVA. Hasil menunjukkan bahwa pemaknaan kekuasaan sebagai kesempatan secara signifikan meningkatkan penggunaan taktik pertukaran manfaat, sedangkan pengaruh gender terhadap hubungan ini tidak mencapai taraf signifikansi. Kontribusi teoritis penelitian ini terletak pada perluasan konsep pemaknaan kekuasaan dengan mengaitkannya pada iklim negosiasi dan proses pengambilan keputusan bawahan, sekaligus menantang asumsi tradisional mengenai perbedaan gender. Secara praktis, temuan ini mendorong organisasi untuk menyelenggarakan program pelatihan yang membekali bawahan dengan strategi adaptif dalam menghadapi beragam gaya kepemimpinan, sehingga meningkatkan ketahanan dan efektivitas negosiasi. Penelitian lanjutan disarankan mengeksplorasi peran faktor kontekstual seperti budaya organisasi, dimensi budaya nasional, keamanan psikologis, dan kompleksitas tugas serta dampak jangka panjang pemaknaan kekuasaan terhadap kohesi tim dan iklim negosiasi. Kajian mengenai tren terkini seperti kerja jarak jauh dan globalisasi juga dapat memperkaya pemahaman terhadap dinamika kepemimpinan masa depan.