digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Bluebird Tbk, perusahaan transportasi darat terkemuka di Indonesia, berencana untuk membeli 1.000 unit kendaraan listrik (EV) pada tahun 2025, yang akan memerlukan investasi sebesar Rp 1,8 triliun. Saat ini, struktur modal perusahaan terdiri atas 25,24% utang dan 74,76% ekuitas, suatu proporsi yang berbeda secara signifikan dari rata-rata industri transportasi jalan raya Indonesia yang sebesar 51,63% utang dan 48,37% ekuitas. Perbedaan ini menunjukkan bahwa PT Bluebird Tbk kemungkinan belum mencapai struktur modal yang optimal. Mencapai struktur modal yang optimal penting untuk meminimalkan biaya modal perusahaan dan memaksimalkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Rencana ekspansi ini memberikan kesempatan bagi PT Bluebird Tbk untuk mengevaluasi dan berpotensi merestrukturisasi struktur modalnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Biaya Modal untuk mengidentifikasi struktur modal optimal, dengan rumus Weighted Average Cost of Capital (WACC) untuk menganalisis berbagai skenario utang dan ekuitas. Damodaran Synthetic Rating digunakan untuk memperkirakan biaya utang, sedangkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) digunakan untuk menghitung biaya ekuitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal optimal bagi PT Bluebird Tbk terdiri atas 32% utang dan 68% ekuitas, yang akan menurunkan WACC perusahaan dari 11,95% menjadi 11,85%. Alih-alih langsung meningkatkan proporsi utang menjadi 32% dari total modal, disarankan agar perusahaan melakukan peningkatan utang secara moderat guna meningkatkan efisiensi modal sambil menjaga stabilitas keuangan. Rencana ekspansi ini memberikan peluang strategis bagi perusahaan untuk bergerak secara bertahap menuju struktur modal yang optimal tanpa meningkatkan risiko keuangan secara berlebihan.