
2024_TS_PP_Muhammad Rafif Adiguna-29123007_Full Text
PUBLIC Open In Flip Book Kartika Ringkasan
Industri baja di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh, dengan konsumsi baja nasional yang diproyeksikan meningkat dari 17,4 juta ton pada tahun 2023 menjadi 18,3 juta ton pada tahun 2024, sementara produksi baja diprediksi naik dari 15,2 juta ton menjadi 15,9 juta ton. Namun, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) sebagai salah satu pemain utama di sektor ini menghadapi tantangan besar yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tantangan ini adalah peningkatan volume impor baja, yang menyebabkan meningkatnya persaingan dan penurunan pendapatan yang signifikan. Hal ini terjadi karena impor baja yang lebih murah, terutama dari negara seperti Tiongkok, menekan harga pasar dan semakin memperumit kondisi bisnis bagi KRAS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan struktur modal optimal bagi KRAS, dengan fokus pada peningkatan stabilitas keuangan dan nilai perusahaan secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis eksternal dengan metode PESTEL untuk mengeksplorasi solusi yang dapat diterapkan dalam menghadapi tantangan industri baja di Indonesia.
Berdasarkan data sekunder dari laporan tahunan dan literatur akademik yang relevan, penelitian ini mengevaluasi kinerja keuangan KRAS dari tahun 2021 hingga 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan pendapatan yang signifikan sebesar 35,68% dari tahun 2022 ke 2023, yang dipengaruhi oleh persaingan impor yang semakin ketat serta fluktuasi harga baja global yang tidak stabil. Selain itu, tingkat leverage yang tinggi masih menjadi perhatian utama bagi KRAS, di mana meskipun liabilitas perusahaan menurun dari $3,16 miliar pada tahun 2021 menjadi $2,35 miliar pada tahun 2023, beban keuangan yang ada tetap menjadi tantangan dalam menjaga struktur modal yang optimal.