digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pekerjaan pembangunan jalan tidak sebidang (underpass) di bawah jalur perlintasan kereta api merupakan proyek yang kompleks dan berisiko tinggi, sehingga memerlukan pertimbangan teknis yang mendetail serta perhatian khusus terhadap aspek stabilitas dan keselamatan struktur. Kompleksitas ini muncul karena pelaksanaan konstruksi dilakukan di bawah jalur kereta api aktif yang tetap beroperasi selama pekerjaan berlangsung, sehingga kesalahan teknis sekecil apa pun dapat berakibat fatal terhadap keselamatan pelaksanaan pekerjaan maupun kelancaran operasional kereta api. Hal ini penting agar tidak membahayakan operasional kereta api maupun struktur di sekitarnya, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 17 Tahun 2017, mengingat adanya interaksi antara struktur tanah dan operasional kereta api. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi risiko yang terjadi selama pelaksanaan proyek, (2) mengidentifikasi risiko dominan beserta respons yang diberikan, dan (3) membandingkan analisis risiko yang direncanakan oleh kontraktor dengan hasil penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) sebagai pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan memprioritaskan risiko berdasarkan tiga parameter utama, yaitu tingkat keparahan, kemungkinan dan deteksi yang dinyatakan dalam bentuk Risk Priority Number (RPN). Risiko yang ditinjau dalam penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3), produksi, procurement, kualitas dan mutu serta lingkungan dan sosial. Risiko tersebut dikelompokkan berdasarkan tahapan pekerjaan yang terdiri dari tahap persiapan, struktur bawah, jembatan sementara untuk rel kereta api, struktur atas dan finishing. Dalam proses tersebut, diperoleh hasil lima risiko dominan dari tiap responden yang diklasifikasikan berdasarkan risiko pekerjaan, sub-pekerjaan dan kategori risiko serta mengidentifikasi lima risiko dengan nilai RPN tertinggi yang menjadi prioritas utama dalam pengelolaan risiko proyek. Hasil kuesioner dari lima responden diolah melalui proses penilaian (scoring), sehingga diperoleh lima risiko dominan berdasarkan risiko pekerjaan yaitu: (1) jembatan sementara pada pekerjaan baja dengan risiko produksi, (2) persiapan pada risiko produksi, (3) finishing pada pekerjaan aspal dengan risiko, (4) struktur atas pada pekerjaan dinding dengan risiko produksi, dan (5) struktur bawah pada pekerjaan galian pada risiko produksi. Berdasarkan sub-pekerjaan, risiko dominan meliputi: (1) persiapan dengan risiko produksi dan lingkungan dan sosial, (2) pekerjaan baja jembatan sementara dengan risiko procurement, (3) pekerjaan aspal pada risiko produksi, (4) pekerjaan dinding dengan risiko produksi, dan (5) pekerjaan rigid dengan risiko produksi. Sementara itu, lima kategori risiko adalah: (1) risiko keselamatan dan kesehatan kerja, (2) risiko produksi, (3) risiko kualitas dan mutu, (4) risiko procurement, dan (5) risiko lingkungan dan sosial. Lima risiko dengan nilai RPN tertinggi yaitu: (1) pekerjaan baja jembatan sementara dengan aspek procurement pada risiko estimasi biaya, (2) pekerjaan galian dengan aspek produksi pada risiko metode kerja, (3) pekerjaan baja sementara dengan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada risiko protokol keselamatan dan kesehatan kerja, (4) pekerjaan dinding dengan aspek produksi pada risiko metode kerja, dan (5) pekerjaan dinding aspek produksi pada risiko estimasi waktu. Disisi lain, urutan prioritas risiko menurut kontraktor sejak awal pelaksanaan proyek adalah: (1) risiko sosial, (2) risiko lingkungan, (3) risiko produksi, (4) risiko keselamatan dan kesehatan kerja, dan (5) risiko procurement. Perbedaan ini berdampak pada perbedaan urutan prioritas risiko, karena nilai deteksi dalam FMEA berperan penting dalam menunjukkan seberapa besar kemungkinan risiko dapat dikenali dan dikendalikan sebelum terjadi. Dengan mempertimbangkan aspek deteksi, penelitian ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif terhadap potensi risiko yang tersembunyi namun signifikan, yang mungkin tidak teridentifikasi jika hanya menggunakan dua parameter seperti yang dilakukan oleh kontraktor.