digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Abstrak Inggris
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Industri daur ulang aki bekas berpotensi menghasilkan pajanan logam berat, termasuk kromium (Cr), yang dapat berdampak buruk pada kesehatan pekerja. Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko kesehatan akibat pajanan Cr melalui inhalasi di industri daur ulang aki bekas PT X, meliputi pengukuran konsentrasi Cr di udara ambien dan udara terhirup pekerja, perhitungan intake, serta evaluasi risiko karsinogenik dan non-karsinogenik menggunakan pendekatan Health Risk Assessment (HRA). Pengambilan sampel dilakukan dengan Personal Air Sampler Pump dan Low Volume Air Sampler, kemudian dianalisis menggunakan metode X-ray Fluorescence (XRF). Hasil penelitian menunjukkan variasi konsentrasi Cr pada setiap titik dan subjek, namun seluruh nilai Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR) berada di bawah ambang batas 1×10??, sehingga risiko karsinogenik masih dalam kategori dapat diterima. Nilai Hazard Quotient (HQ) sebagian besar < 1, meskipun terdapat beberapa subjek dengan HQ > 1 yang berpotensi menimbulkan efek nonkarsinogenik. Berdasarkan rasio FEV?/FVC, kondisi saluran pernapasan pekerja masih berada dalam kisaran normal tanpa indikasi obstruksi paru yang signifikan, namun pengukuran FEV? dan FVC menunjukkan mayoritas pekerja memiliki nilai < 80% dari prediksi, yang mengindikasikan potensi penurunan kapasitas paru atau gangguan restriktif akibat pajanan debu logam berat. Hasil uji korelasi dan regresi linier menunjukkan bahwa faktor yang paling memengaruhi intake Cr adalah konsentrasi kromium di udara (CA) dan durasi pajanan (Dt). Pada intake non-karsinogenik, CA memiliki hubungan sangat kuat dan signifikan, sedangkan variabel lain tidak signifikan. Pada intake karsinogenik, model regresi menjelaskan 87,71% variasi nilai, dengan CA dan Dt sebagai variabel signifikan. Upaya pengendalian risiko yang direkomendasikan meliputi perbaikan sistem ventilasi dan tata ruang, optimalisasi exhaust fan, local exhaust ventilation (LEV), dan dust collector khususnya di area peleburan, pengendalian administratif seperti rotasi kerja dan pembatasan durasi kerja berdasarkan perhitungan frekuensi pajanan aman, serta penerapan APD yang sesuai seperti masker N95 atau respirator full-face.