digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nurul Hidayati
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus

Sektor pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, memegang peran penting dan strategis. Namun, sektor pertanian di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi produktivitas, salah satunya adalah gagal panen akibat curah hujan yang tak menentu. Perubahan iklim global memberikan dampak signifikan terhadap pola curah hujan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dan persebaran zona agroklimat Oldeman masa depan di Indonesia sebagai dampak dari adanya perubahan iklim menggunakan data proyeksi curah hujan dari model iklim global CMIP6 yang telah di-downscalling dalam NEX-GDDP-CMIP6. Dipilih 9 model yang dinilai baik untuk analisis curah hujan, serta digunakan skenario SSP2-4.5 dan SSP5-8.5. Dari sembilan model, dipilih empat model terbaik melalui metrik evaluasi RMSE dan korelasi Pearson. Model-model tersebut meliputi EC-EARTH3, ACCESS-CM2, MIROC-ES2L, dan CNRM-ESM2-1. Analisis dilakukan pada data curah hujan resolusi spasial 0.25°x0.25° dari periode historis (1984-2014) dan periode proyeksi near-future (2015-2040), mid-future (2041-2070), dan far-future (2071-2100). Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan zona agroklimat di berbagai wilayah, meliputi perluasan wilayah basah yang meliputi zona A, B, dan C1 di wilayah Sumatera bagian utara dan barat. Selain itu, terdapat indikasi beberapa wilayah yang akan mengalami kondisi lebih kering, ditandai oleh zona C1 yang terlihat berkurang dan bergeser menjadi zona C2 hingga D, contohnya di wilayah Sumatera bagian tengah. Terdapat pula wilayah dengan pola agroklimat yang cenderung stabil dan hanya mengalami perubahan yang sedikit sepanjang periode proyeksi, yaitu wilayah Jawa Tengah bagian timur, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara. Pada wilayah-wilayah dengan produksi padi terbesar, perubahan yang cukup signifikan terjadi pada wilayah Sumatera Utara dan Sumatera Barat, meliputi perluasan zona basah A dan B. Wilayah Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah bagian barat juga diproyeksikan memiliki perubahan yang cukup mencolok, meliputi bertambahnya kondisi kering dan basah di beberapa titik. Sementara itu, wilayah-wilayah lain cenderung memiliki pola yang mirip dengan periode historis.