digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Provinsi Jawa Barat, sebagai wilayah dengan beban tuberkulosis (TB) tertinggi di Indonesia, dihadapkan pada tantangan optimalisasi jaringan diagnostik GeneXpert yang distribusinya belum merata akibat adanya kesenjangan antara ketersediaan alat dengan beban demografis. Latar belakang permasalahan ini adalah tingginya prevalensi TB yang tidak diimbangi dengan aksesibilitas dan pemanfaatan alat diagnostik cepat yang merata, sehingga diperlukan sebuah strategi optimasi berbasis data. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis jaringan layanan diagnostik GeneXpert, mengidentifikasi profil kinerja fasilitas kesehatan (faskes) yang beragam, dan merancang sebuah model sistem rujukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan alat. Metode yang diterapkan adalah analisis kuantitatif terapan yang mengintegrasikan beberapa tahapan. Tahapan penelitian diawali dengan pengumpulan dan pra-pemrosesan data sekunder dari Litbangkes Jawa Barat, Dinas Kesehatan, dan BPS, diikuti dengan analisis deskriptif spasial untuk memetakan kondisi awal jaringan. Metode utama yang digunakan adalah klasterisasi K-Means dua tahap. Pada tahap pertama, klasterisasi spasial berbasis jarak geodesik diterapkan pada seluruh faskes untuk mengidentifikasi regionalisasi layanan. Tahap kedua adalah klasterisasi operasional yang dilakukan secara terpisah di dalam setiap regional geografis tersebut, dengan menggunakan variabel rata-rata utilisasi tahunan dan persentase modul beroperasi untuk mengungkap profil kinerja faskes. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa jaringan faskes di Jawa Barat dapat dipetakan ke dalam tiga regional layanan utama yang berbeda secara geografis: (1) Wilayah Timur-Utara, (2) Wilayah Penyangga Ibu Kota, dan (3) Wilayah Bandung Raya dan Sekitarnya. Analisis klasterisasi lanjutan berhasil mengidentifikasi 15 subklaster operasional unik dengan peran strategis yang beragam. Dari penemuan tersebut, terungkap bahwa terdapat ketidakselarasan antara potensi permintaan layanan dengan kinerja aktual faskes di lapangan. Sebagai kesimpulan dan luaran utama, sebuah model sistem rujukan hibrida dan konseptual berhasil dirancang. Model ini mengintegrasikan peran strategis jangka panjang setiap faskes (hasil klasterisasi) dengan evaluasi kondisi taktis jangka pendek (berdasarkan kerangka heuristik) untuk memandu alur rujukan. Sistem yang diusulkan ini dirancang untuk menyeimbangkan beban kerja, meningkatkan efisiensi pemanfaatan alat dengan mengoptimalkan kapasitas tersembunyi, dan secara proaktif mengelola risiko operasional dengan menghindari rujukan ke faskes yang tidak siap.