Provinsi Jawa Barat, sebagai wilayah dengan beban tuberkulosis (TB) tertinggi di
Indonesia, dihadapkan pada tantangan optimalisasi jaringan diagnostik GeneXpert
yang distribusinya belum merata akibat adanya kesenjangan antara ketersediaan
alat dengan beban demografis. Latar belakang permasalahan ini adalah tingginya
prevalensi TB yang tidak diimbangi dengan aksesibilitas dan pemanfaatan alat
diagnostik cepat yang merata, sehingga diperlukan sebuah strategi optimasi
berbasis data. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis jaringan
layanan diagnostik GeneXpert, mengidentifikasi profil kinerja fasilitas kesehatan
(faskes) yang beragam, dan merancang sebuah model sistem rujukan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan alat. Metode yang diterapkan adalah analisis
kuantitatif terapan yang mengintegrasikan beberapa tahapan. Tahapan penelitian
diawali dengan pengumpulan dan pra-pemrosesan data sekunder dari Litbangkes
Jawa Barat, Dinas Kesehatan, dan BPS, diikuti dengan analisis deskriptif spasial
untuk memetakan kondisi awal jaringan. Metode utama yang digunakan adalah
klasterisasi K-Means dua tahap. Pada tahap pertama, klasterisasi spasial berbasis
jarak geodesik diterapkan pada seluruh faskes untuk mengidentifikasi regionalisasi layanan. Tahap kedua adalah klasterisasi operasional yang dilakukan secara
terpisah di dalam setiap regional geografis tersebut, dengan menggunakan variabel
rata-rata utilisasi tahunan dan persentase modul beroperasi untuk mengungkap
profil kinerja faskes. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa jaringan faskes di Jawa
Barat dapat dipetakan ke dalam tiga regional layanan utama yang berbeda secara
geografis: (1) Wilayah Timur-Utara, (2) Wilayah Penyangga Ibu Kota, dan (3)
Wilayah Bandung Raya dan Sekitarnya. Analisis klasterisasi lanjutan berhasil
mengidentifikasi 15 subklaster operasional unik dengan peran strategis yang
beragam. Dari penemuan tersebut, terungkap bahwa terdapat ketidakselarasan
antara potensi permintaan layanan dengan kinerja aktual faskes di lapangan.
Sebagai kesimpulan dan luaran utama, sebuah model sistem rujukan hibrida dan
konseptual berhasil dirancang. Model ini mengintegrasikan peran strategis jangka
panjang setiap faskes (hasil klasterisasi) dengan evaluasi kondisi taktis jangka
pendek (berdasarkan kerangka heuristik) untuk memandu alur rujukan. Sistem yang
diusulkan ini dirancang untuk menyeimbangkan beban kerja, meningkatkan
efisiensi pemanfaatan alat dengan mengoptimalkan kapasitas tersembunyi, dan
secara proaktif mengelola risiko operasional dengan menghindari rujukan ke faskes
yang tidak siap.
Perpustakaan Digital ITB