digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada pengembangan sebuah lapangan gas yang telah memasuki fase deplesi digunakan beberapa pengangkatan buatan yang ada. Berbeda dengan sumur minyak yang memiliki banyak jenis pengangkatan buatan, untuk sumur gas pengangkatan buatan yang ada masih terbatas. Pengangkatan buatan yang dapat diaplikasikan pada sebuah sumur gas adalah seperti penggunaan kompresor. Pada salah satu lapangan gas tua di Kalimantan, kompresor yang telah diterapkan salah satunya yaitu penggunaan Wellhead Compressor (WGC) pada beberapa sumur. Penggunaan WGC ini telah berhasil untuk meningkatkan produksi gas dari sumur-sumur tua yang ada pada lapangan tersebut (Sumaryanto, 2010). Jenis kompresor lainnya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi sumur gas adalah Downhole Gas Compression (DGC). Jenis kompresor ini dapat diletakkan sedekat mungkin dengan zona reservoir dan menurunkan abandonment reservoir pressure (Di Tullio, 2009). Menggunakan studi kasus pada lapangan gas di Kalimantan yang telah menggunakan WGC, yaitu berupa sumur X dan sumur Y, akan dilakukan analisa perbandingan performa WGC dan DGC melalui parameter EUR (Expected Ultimate Recovery). Analisa menggunakan pendekatan berupa perhitungan IPR & VLP dan analisa penurunan grafik produksi dari kedua sumur. Perhitungan IPR dan VLP akan menggunakan aplikasi komersil IPM PROSPER dan perhitungan matematis. Sedangkan analisa decline curve menggunakan RTA FEKETE. Dari perhitungan yang didapat menunjukkan bahwa pemasangan kompresor jenis DGC akan memberikan nilai EUR lebih tinggi dibanding penerapan WGC. Hasil ini diharapkan dapat memberi masukan mengenai pengembangan sumur gas di lapangan-lapangan yang sudah tua di Indonesia untuk kedepannya.