digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Dito Suharnes
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Pasokan gas alam dari sumur gas X diproyeksikan akan menurun hingga tahun 2030. Penurunan pasok gas alam ini mempengaruhi keseluruhan sistem transmisi gas alam, utamanya stasiun kompresor gas. Penurunan pasokan gas ini melewati batas minimun laju aliran kerja kompresor sehingga fenomena surging akan terjadi. Dua solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah menjalankan mode operasi recycle atau mode operasi jumper line. Pada analisis teknik, menggunakan perangkat lunak Aspen Hysys, pemodelan dilakukan untuk mengetahui perubahan kondisi operasi stasiun kompresor gas pada saat kedua mode operasi dijalankan. Berdasarkan hasil pemodelan ini, selanjutnya dilakukan kalkulasi perkiraan besarnya biaya operasional stasiun kompresor gas pada saat salah satu dari dua mode operasi dijalankan. Pengopersian recycle akan menyebabkan peningkatan temperatur suction kompresor. Pada tekanan keluaran stasiun 800 psig, kenaikan temperatur suction menyebabkan peningkatan daya kompresor sebesar 83 hp dari operasi normal. Kenaikan daya kompresor meningkatkan konsumsi bahan bakar turbin gas menjadi 1,082 MMSCFD. Pada tekanan keluaran yang sama, temperatur discharge kompresor diproyeksikan meningkat hingga 215 °F. Biaya operasional stasiun kompresor diproyeksikan menjadi Rp231.548.322,00/hari atau ekuivalen dengan penjualan 2,41 MMSCFD gas. Skenario 1 train minimum merupakan skenario operasi paling ekonomis bagi stasiun kompresor gas. Pada skenario ini, temperatur suction kompresor diproyeksikan menurun menjadi 72 °F. Pada Tekanan keluaran stasiun 800 psig, daya kompresor akan menurun sebesar 63 hp dari operasi normal. Konsumsi bahan bakar turbin gas diproyeksikan menjadi 1,061 MMSCFD. Pada tekanan keluaran stasiun yang sama, temperatur discharge kompresor diproyeksikan menjadi 215 °F. Biaya operasional stasiun kompresor diproyeksikan menjadi Rp229.529.612,00/hari atau ekuivalen dengan penjualan 2,38 MMSCFD gas.