Fly ash dan bottom ash (FABA), sebagai residu pembakaran batu bara di
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), berpotensi mencemari lingkungan apabila
tidak dikelola secara berkelanjutan. Di sisi lain, karakteristiknya memungkinkan
FABA dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi alternatif metode pemanfaatan FABA yang optimal di PLTU
Tarahan, Lampung, serta menilai relevansi dan keterkaitan antar kriteria dan
subkriteria penilaian melalui pendekatan Analytical Network Process (ANP).
Sebelum tahap ANP, dilakukan identifikasi kriteria, subkriteria, dan alternatif
melalui studi literatur dan wawancara mendalam, diikuti analisis keterkaitan antar
subkriteria menggunakan metode Driving & Dependence Power Analytic (DDPA).
Hasil DDPA menghasilkan delapan subkriteria yang digunakan untuk membentuk
struktur jaringan ANP. Data diperoleh dari kuesioner perbandingan berpasangan
yang melibatkan 23 responden ahli dari kalangan akademisi/peneliti, praktisi, dan
pemerintah, kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak SuperDecisions®.
Empat alternatif dianalisis: bahan campuran pembenah tanah, campuran mortar,
bahan pembuatan pupuk biosilika, dan pengganti karbon aktif. Hasil menunjukkan
bahwa subkriteria permintaan pasar (0,148) dan penerimaan masyarakat (0,148)
paling dominan dalam pengambilan keputusan. Alternatif campuran mortar
menempati prioritas utama (0,37167), diikuti bahan pembenah tanah (0,26544),
pupuk biosilika (0,21986), dan karbon aktif (0,14303).Studi ini menyajikan pendekatan evaluatif terpadu, melengkapi studi sebelumnya
yang bersifat parsial, dan merekomendasikan pengembangan mortar sebagai
strategi prioritas dalam kebijakan pemanfaatan FABA di PLN dengan tetap
mempertimbangkan potensi adaptasi alternatif lainnya secara bertahap. Hasil
penelitian ini dapat menjadi salah satu dasar dalam penyusunan kebijakan
pengelolaan FABA di lingkungan PLN.
Perpustakaan Digital ITB