digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fathia Matondang
PUBLIC Open In Flipbook Devi Septia Nurul

Gunung berapi monogenetik adalah sistem vulkanik kecil yang meletus satu kali atau dalam waktu singkat dengan volume erupsi terbatas. Lamongan Monogenetic Volcanic Field (LMVF) di Jawa Timur terdiri atas sekitar 61 kerucut scoria dan 29 maar, termasuk Ranu Klakah. Maar yang memiliki diameter 675 meter dan sistem hidrologi tertutup ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena dinamika lingkungan uniknya, di mana faktor alami, seperti pelapukan batuan vulkanik berpadu dengan aktivitas manusia, seperti budidaya ikan dan pariwisata. Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik sedimen permukaan di Ranu Klakah menggunakan metode kemagnetan batuan dan analisis geokimia. Sampel terdiri atas 16 sampel (12 sampel sedimen dan 4 sampel tanah dari sumber mata air sekitar ranu). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses geologi dan aktivitas antropogenik terhadap ekosistem sedimen maar di kawasan LMVF. Hasil yang diperoleh memperlihatkan distribusi nilai suseptibilitas magnetik (?LF) yang berkisar antara 316,74 x 10-8 hingga 953,76 x 10-8 m³/kg. Nilai ?LF tertinggi berada pada bagian timur ranu (dekat dengan sumber mata air) dan nilai ?LF berkurang pada posisi sekitar outlet (semakin jauh dari sumber). Variasi nilai suseptibilitas magnetik disebabkan oleh konsentrasi mineral, bukan jenisnya. Pengujian kurva histeresis, IRM (Isothermal Remanent Magnetization), dan termomagnetik menunjukkan hasil adanya mineral magnetit dan titanomagnetit pada sampel berdomain pseudo-single domain. Proses diagenesis belum terjadi pada ranu, hal ini didukung oleh analisis X-Ray Diffraction (XRD), dimana mineral magnetit, albite, dan illite ditemukan pada sedimen dari dalam ranu dan mata air di sekitar ranu. Hasil X-Ray Fluorescence (XRF), menunjukkan bahwa sedimen berasal dari pelapukan batuan vulkanik berdasarkan unsur yang ditemukan pada sampel. Unsur P dan Mn berasal dari aktivitas manusia yang berkaitan dengan aktivitas perikanan dan irigasi, namun konsentrasinya rendah. Meskipun begitu, pengendalian aktivitas manusia diperlukan untuk mencegah eutrofikasi dan menjaga kualitas lingkungan ranu