digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Doksorubisin dan trastuzumab merupakan terapi efektif untuk kanker payudara, tetapi keduanya berpotensi menyebabkan kardiotoksisitas yang ditandai dengan penurunan nilai left ventricular ejection fraction (LVEF). Deteksi dini dan identifikasi faktor risiko sangat penting untuk menyesuaikan regimen efektivitas terapi sekaligus meminimalkan efek samping. Penelitan ini bertujuan menganalisis tren penurunan LVEF, kejadian kardiotoksisitas, serta faktor yang berhubungan pada pasien kanker payudara yang mendapat doksorubisin dengan/tanpa trastuzumab. Desain penelitian ini menggunakan kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien di RSK Dharmais. Sampel terdiri atas pasien perempuan ?18 tahun dengan data ekokardiografi serial metode Simpson’s Biplane (baseline dan ?1 pemeriksaan lanjutan), serta pemantauan hingga >3 tahun. Analisis statistik dilakukan menggunakan Mann-Whitney U untuk tren penurunan LVEF, uji Chi-Square untuk hubungan faktor risiko, serta menggunakan Cox Proportional Hazard untuk risiko relatif. Dari 301 pasien, terdapat penurunan LVEF bermakna pada siklus ke-4, ke-6, dan pada pemantauan lebih dari 3 tahun pasca terapi dibandingkan dengan baseline. Kardiotoksisitas terjadi pada 20 pasien (6,65%), sedangkan 72 pasien (23,92%) mengalami penurunan LVEF kategori borderline low. Faktor risiko yang berhubungan dengan kardiotoksisitas adalah kemoterapi lanjutan dengan trastuzumab (adjHR 5,23; 95% CI 1,7–16,08) dan pasien dengan riwayat hipertensi (adjHR 43,76; 95% CI 5,15–371,41). Pasien kanker payudara yang melanjutkan kemoterapi berbasis trastuzumab memerlukan pemantauan fungsi jantung lebih ketat terutama pada pasien memiliki riwayat dan berpotensi pada penyakit kardiovaskular.