COVER Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Rodrigo Ignasius Sinaga
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Sistem agroforestri kopi di Jawa Barat memegang peran penting dalam menjaga keberlanjutan produksi, khususnya melalui pengaturan kondisi mikroklimat yang mendukung pertumbuhan optimal tanaman. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara Crop Water Stress Index (CWSI) dan Photosynthetically Active Radiation (PAR) terhadap akumulasi biomassa dan produksi buah kopi pada sistem agroforestri pinus (Pinus merkusii)–kopi (Coffea arabica) di Desa Mekarmanik, Cimenyan, Jawa Barat. Agroforestri kopi berperan penting dalam menciptakan kondisi cahaya, suhu, dan kelembapan yang optimal, di mana PAR (400–700 nm) merupakan faktor utama produktivitas, sedangkan CWSI menjadi indikator stres air tanaman. Penelitian dilakukan pada 10 plot acak dengan pengukuran kerapatan kanopi, intensitas cahaya, suhu udara, kelembapan, suhu daun, diameter batang, dan jumlah buah kopi, dilengkapi data sekunder tutupan awan, kecepatan angin, dan panjang daun. PAR dihitung dari intensitas cahaya, CWSI dari suhu–kelembapan, dan biomassa dari diameter batang. Analisis menggunakan korelasi Spearman serta regresi linear. Hasil menunjukkan PAR dan CWSI tidak berkorelasi (?=0,193) karena tanaman tidak mengalami stres air (rata-rata CWSI 0,09). Model regresi biomassa (R²=0,697) menunjukkan biomassa meningkat saat PAR dan CWSI menurun, berbeda dari teori akibat tutupan awan tinggi (70,29%). Model produksi buah (R²=0,258) menunjukkan produksi meningkat seiring kenaikan PAR dan penurunan CWSI. Rata-rata PAR (164,80 ?mol/m²s) belum mencapai kisaran optimal fotosintesis kopi (300–700 ?mol/m²s). Disimpulkan bahwa PAR dan CWSI berpengaruh terhadap biomassa dan produksi buah, meski faktor lain seperti nutrisi dan hormon perlu dianalisis untuk memperkuat korelasi model.
Perpustakaan Digital ITB