Pengembangan kawasan urban yang semakin masif secara global berdampak pada
keseimbangan lingkungan dan iklim lokal, termasuk pembentukan urban heat
island (UHI) dengan mengubah neraca air dan energi. Untuk memodelkan dampak
urban terhadap neraca energi dan air, Surface Urban Energy and Water balance
Scheme (SUEWS) telah digunakan pada penelitian-penelitian di kota-kota besar
dunia. Meskipun demikian, penelitian dengan metode ini pada wilayah beriklim
tropis masih terbatas. Di sisi lain, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi salah
satu proyek pengembangan urban yang masif di wilayah beriklim tropis, Indonesia.
Meskipun mengusung konsep forest-city yang ramah lingkungan, asesmen terhadap
perencanaan proyek ini penting untuk dilakukan sehingga dampak lingkungan
khususnya terkait neraca energi dan air dapat dimitigasi.
Penelitian ini menggunakan SUEWS dalam memodelkan perubahan fluks energi
dan air yang ditimbulkan akibat proyek ini. Penelitian ini memberikan analisis awal
meliputi perubahan total fluks energi dan air yang diterima, perubahan
evapotranspirasi dan limpasan, serta perubahan temperatur yang mengindikasikan
terjadinya UHI. Lokasi studi secara spesifik adalah Kawasan Inti Pusat
Pemerintahan (KIPP) IKN Nusantara seluas 6671 hektar sebagai kawasan pertama
yang dibangun. Pemodelan dilakukan dengan SUEWS-Spatial melalui plug-in
Urban Multi-scale Environmental Predictor (UMEP) pada QGIS dengan resolusi
spasial 1000x1000 meter. Variasi temporal diwujudkan dengan penggunaan data
meteorologi jam-jaman selama 30 tahun yang bersumber dari data satelit ERA5.
Mengingat proyek ini sedang dalam tahap perencanaan dan pembangunan yang
simultan, penelitian ini memodelkan variasi spasial permukaan dan antrofogenik
dengan data-data masterplan yang terbuka serta asumsi dan interpretasi terhadap
regulasi yang berlaku, khususnya rencana detail tata ruang wilayah. Untuk dapat
mengamati pengaruh kawasan urban baik secara fisik maupun aktivitas manusia
secara komprehensif, penelitian ini mensimulasikan tiga skenario, yaitu
undeveloped (U) yang menggambarkan kondisi pra-pembangunan; developed (D)
yang menggambarkan kondisi masterplan dengan pengaruh aktivitas manusial; dan
irrigated-developed (R) yang menambahkan input penggunaan air eksternal untuk
irigasi taman pada skenario-D.
ii
Berdasarkan simulasi yang dijalankan, SUEWS dapat digunakan untuk
memodelkan perubahan fluks energi dan air yang terjadi pada area studi. Perubahan
fluks total energi masuk, ???????????? signifikan pada seluruh skenario terbangun (D dan R)
akibat intensitas aktivitas manusia yang menimbulkan fluks energi antrofogenik,
????????. Sementara, adanya penggunaan air eksternal untuk irigasi, ???????? mengakibatkan
perubahan fluks total air masuk, ???????????? yang signifikan pada skenario-R.
Meskipun terjadi perubahan ???????? yang signifikan, perubahan evapotranspirasi ratarata
pada seluruh skenario tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun,
pola spasial menunjukkan perbedaan antara grid dengan evapotranspirasi terendah
dan tertinggi berbeda dua kali lipat dan keduanya merupakan grid urban. Analisis
terhadap pola musiman juga menemukan bahwa ???? pada studi ini sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan air permukaan yang tersedia oleh ????????????. Selain ????, ???????????? berpengaruh
signifikan terhadap distribusi, pola temporal, dan pola spasial fluks limpasan, ????.
Meskipun demikian, dengan ???????????? yang identik, skenario-U memiliki median ???? yang
lebih rendah daripada skenario-D.
Analisis terhadap perubahan distribusi temperatur permukaan dan udara dilakukan
untuk mengetahui adanya indikasi UHI. Analisis pada temperatur rata-rata
permukaan menunjukkan adanya pergeseran distribusi pada skenario-D&R dengan
peningkatan median masing-masing sebesar 3°???? dan 2°????. Pola spasial
menunjukkan kemiripan dengan pola kepadatan penduduk, dimana perbedaan grid
dengan temperatur rata-rata permukaan tertinggi dan terendah adalah sekitar 5°????
pada skenario-D dan 4°C pada skenario-R. Hal ini menunjukkan adanya indikasi
UHI pada tingkat permukaan dan irigasi dapat membantu mengurangi intensitas
UHI tersebut. Berbeda dengan temperatur permukaan, temperatur udara, baik
maksimum maupun rata-rata, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi UHI pada tingkat pemodelan ini.
Secara keseluruhan penelitian ini telah memberikan gambaran awal terkait
perencanaan konsep forest-city KIPP IKN Nusantara yang berpotensi mencegah
terjadi UHI, dengan nilai evapotranspirasi dan limpasan yang bergantung pada
suplai air eksternal. Meskipun demikian, peningkatan fluks air-energi yang masuk
serta adanya UHI di tingkat permukaan direkomendasikan agar menjadi
pertimbangan pada pemodelan, perencanaan, dan pengembangan yang lebih detail
di IKN Nusantara.
Perpustakaan Digital ITB