digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengembangan kawasan urban yang semakin masif secara global berdampak pada keseimbangan lingkungan dan iklim lokal, termasuk pembentukan urban heat island (UHI) dengan mengubah neraca air dan energi. Untuk memodelkan dampak urban terhadap neraca energi dan air, Surface Urban Energy and Water balance Scheme (SUEWS) telah digunakan pada penelitian-penelitian di kota-kota besar dunia. Meskipun demikian, penelitian dengan metode ini pada wilayah beriklim tropis masih terbatas. Di sisi lain, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi salah satu proyek pengembangan urban yang masif di wilayah beriklim tropis, Indonesia. Meskipun mengusung konsep forest-city yang ramah lingkungan, asesmen terhadap perencanaan proyek ini penting untuk dilakukan sehingga dampak lingkungan khususnya terkait neraca energi dan air dapat dimitigasi. Penelitian ini menggunakan SUEWS dalam memodelkan perubahan fluks energi dan air yang ditimbulkan akibat proyek ini. Penelitian ini memberikan analisis awal meliputi perubahan total fluks energi dan air yang diterima, perubahan evapotranspirasi dan limpasan, serta perubahan temperatur yang mengindikasikan terjadinya UHI. Lokasi studi secara spesifik adalah Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN Nusantara seluas 6671 hektar sebagai kawasan pertama yang dibangun. Pemodelan dilakukan dengan SUEWS-Spatial melalui plug-in Urban Multi-scale Environmental Predictor (UMEP) pada QGIS dengan resolusi spasial 1000x1000 meter. Variasi temporal diwujudkan dengan penggunaan data meteorologi jam-jaman selama 30 tahun yang bersumber dari data satelit ERA5. Mengingat proyek ini sedang dalam tahap perencanaan dan pembangunan yang simultan, penelitian ini memodelkan variasi spasial permukaan dan antrofogenik dengan data-data masterplan yang terbuka serta asumsi dan interpretasi terhadap regulasi yang berlaku, khususnya rencana detail tata ruang wilayah. Untuk dapat mengamati pengaruh kawasan urban baik secara fisik maupun aktivitas manusia secara komprehensif, penelitian ini mensimulasikan tiga skenario, yaitu undeveloped (U) yang menggambarkan kondisi pra-pembangunan; developed (D) yang menggambarkan kondisi masterplan dengan pengaruh aktivitas manusial; dan irrigated-developed (R) yang menambahkan input penggunaan air eksternal untuk irigasi taman pada skenario-D. ii Berdasarkan simulasi yang dijalankan, SUEWS dapat digunakan untuk memodelkan perubahan fluks energi dan air yang terjadi pada area studi. Perubahan fluks total energi masuk, ???????????? signifikan pada seluruh skenario terbangun (D dan R) akibat intensitas aktivitas manusia yang menimbulkan fluks energi antrofogenik, ????????. Sementara, adanya penggunaan air eksternal untuk irigasi, ???????? mengakibatkan perubahan fluks total air masuk, ???????????? yang signifikan pada skenario-R. Meskipun terjadi perubahan ???????? yang signifikan, perubahan evapotranspirasi ratarata pada seluruh skenario tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun, pola spasial menunjukkan perbedaan antara grid dengan evapotranspirasi terendah dan tertinggi berbeda dua kali lipat dan keduanya merupakan grid urban. Analisis terhadap pola musiman juga menemukan bahwa ???? pada studi ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air permukaan yang tersedia oleh ????????????. Selain ????, ???????????? berpengaruh signifikan terhadap distribusi, pola temporal, dan pola spasial fluks limpasan, ????. Meskipun demikian, dengan ???????????? yang identik, skenario-U memiliki median ???? yang lebih rendah daripada skenario-D. Analisis terhadap perubahan distribusi temperatur permukaan dan udara dilakukan untuk mengetahui adanya indikasi UHI. Analisis pada temperatur rata-rata permukaan menunjukkan adanya pergeseran distribusi pada skenario-D&R dengan peningkatan median masing-masing sebesar 3°???? dan 2°????. Pola spasial menunjukkan kemiripan dengan pola kepadatan penduduk, dimana perbedaan grid dengan temperatur rata-rata permukaan tertinggi dan terendah adalah sekitar 5°???? pada skenario-D dan 4°C pada skenario-R. Hal ini menunjukkan adanya indikasi UHI pada tingkat permukaan dan irigasi dapat membantu mengurangi intensitas UHI tersebut. Berbeda dengan temperatur permukaan, temperatur udara, baik maksimum maupun rata-rata, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi UHI pada tingkat pemodelan ini. Secara keseluruhan penelitian ini telah memberikan gambaran awal terkait perencanaan konsep forest-city KIPP IKN Nusantara yang berpotensi mencegah terjadi UHI, dengan nilai evapotranspirasi dan limpasan yang bergantung pada suplai air eksternal. Meskipun demikian, peningkatan fluks air-energi yang masuk serta adanya UHI di tingkat permukaan direkomendasikan agar menjadi pertimbangan pada pemodelan, perencanaan, dan pengembangan yang lebih detail di IKN Nusantara.