digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Laporan TA
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

TPA Sarimukti sebagai tempat pemrosesan akhir utama di wilayah Bandung Raya, masih beroperasi dengan sistem pembuangan terbuka yang berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca (GRK). Praktik ini meningkatkan risiko pencemaran air tanah akibat air lindi serta pelepasan metana (CH?), karbon dioksida (CO?) dan dinitrogen oksida (N?O) yang merupakan salah satu faktor utama pemanasan global. Penelitian ini mengkaji potensi reduksi emisi gas rumah kaca dari konversi TPA Sarimukti menjadi lahan uruk terkendali dan saniter, serta skenario pengoptimalan melalui pengadaan unit pengolahan sampah. Penelitian dilakukan dengan metode perhitungan yang mengacu pada Intergovernmental Panel on Climate Change Guidelines tier 1 (semi-tier 2) menggunakan data komposisi sampah lokal, kadar air, dan nilai degradable organic carbon (DOC), serta divalidasi dengan hasil pengukuran konsentrasi gas metana di lapangan. Estimasi emisi gas rumah kaca dihitung berdasarkan baseline kondisi eksisting dan baseline pembuangan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca pada kondisi eksisting mencapai 7,44 Gg CH4/tahun (200,99 Gg CO2e/tahun), sedangkan pada kondisi pembuangan terbuka mencapai 10,52 Gg CH4/tahun (283,92 Gg CO2e/tahun). Penerapan lahan uruk terkendali dapat menurunkan emisi menjadi 5,26 Gg CH4/tahun (141,96 Gg CO2e/tahun) dengan persentase penurunan emisi 29,37% dari baseline eksisting dan 50% dari baseline pembuangan terbuka. Penerapan lahan uruk saniter menghasilkan emisi terendah sebesar 1,31 Gg CH4/tahun (35,49 Gg CO2e/tahun) dengan persentase penurunan emisi 82,34% dari baseline eksisting dan 87,5% dari baseline pembuangan terbuka.Skenario A pengolahan sampah tidak mampu mereduksi emisi GRK dari kondisi eksisting atau pun pembuangan terbuka tetapi mampu mengolah 100% timbulan sampah. Kemudian, skenario B mampu mereduksi emisi melalui pengolahan parsial menjadi 80,30 Gg CO2e/tahun (60,18%) dengan baseline eksisting dan 87,76 Gg CO2e/tahun (69,13%) dengan baseline pembuangan terbuka, tetapi masih menyisakan 60% timbulan di lahan uruk.