Penelitian ini mengkaji kesenjangan antara ekspektasi dan pengalaman terkait adopsi alat pendidikan berbasis kecerdasan buatan (AI) dari PT EDTH di Indonesia. Meskipun tingkat akuisisi pengguna tinggi melalui uji coba gratis, tingkat konversi ke langganan berbayar masih rendah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ekspektasi siswa yang dibentuk oleh chatbot umum seperti ChatGPT dibandingkan dengan pengalaman mereka menggunakan platform tersebut, serta bagaimana hal ini memengaruhi keputusan mereka untuk berlangganan. Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan 12 siswa SMP dan SMA. Evaluasi dilakukan menggunakan model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) dengan faktor tambahan, yaitu nilai yang dirasakan, kepuasan dari uji coba gratis, dan sensitivitas harga. Analisis tematik menunjukkan bahwa siswa mengharapkan berbagai fitur, termasuk bantuan akademik yang kuat, jalur belajar yang disesuaikan, navigasi yang mudah, akses tanpa batasan, dan struktur harga yang kompetitif. Meskipun pengguna memuji responsivitas dan kejelasan alat ini, beberapa mencatat ketidakpuasan terhadap kurangnya kedalaman konten yang tidak memenuhi ekspektasi akademik tingkat lanjut. Selain itu, versi premium dianggap tidak menawarkan nilai tambah, sehingga model langganan berbasis kuota dianggap kaku. Sebagian besar pengguna percaya bahwa versi gratis sudah cukup untuk membantu pembelajaran mereka, sehingga mengurangi kebutuhan untuk upgrade. Studi ini menemukan bahwa meningkatkan konversi ke langganan berbayar dapat difasilitasi dengan memenuhi ekspektasi pengguna melalui penawaran konten yang sesuai, strategi harga, fitur yang diperkaya untuk tingkatan berbayar, dan fungsionalitas premium yang ditingkatkan. Temuan ini relevan bagi praktisi teknologi pendidikan dalam konteks peningkatan keterlibatan untuk mendukung retensi berbayar dan memperdalam sinergi produk-pasar dalam lanskap EdTech yang terus berkembang
Perpustakaan Digital ITB