Pemahaman terhadap dinamika pasang surut sangat penting dalam studi sirkulasi air di wilayah estuari, terutama pada sistem semi-tertutup seperti laguna Segara Anakan, yang dipengaruhi oleh interaksi pasang surut dan debit sungai, serta memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Penelitian ini menganalisis karakteristik pasang surut di Laguna Segara Anakan berdasarkan data observasi dari empat stasiun (Citanduy, Klaces, Motean, dan BIG). Hasil menunjukkan bahwa tunggang pasut mengalami peningkatan 1 cm dari Stasiun Citanduy (1,14 m) ke Klaces (1,15 m), namun menurun drastis di Motean (0,8 m). Stasiun BIG di mulut laguna memiliki tunggang tertinggi (1,77 m) dengan amplitudo komponen M2 dominan (0,33 m atau 15% dari total amplitudo). Di dalam laguna, amplitudo total menurun (Citanduy: 1,098 m; Klaces: 1,11 m; Motean: 0,88 m), dengan M2 sebagai komponen utama (0,271 m, 0,265 m, dan 0,186 m). Asimetri pasut ditandai oleh durasi pasang yang lebih singkat daripada surut di tiga stasiun dalam laguna (selisih durasi: Citanduy 1,64 jam, Klaces 1,42 jam, Motean 0,89 jam), sementara di BIG durasi pasang lebih lama dengan selisih hanya 0,18 jam. Interaksi komponen M2–K1–O1 terbukti paling berpengaruh terhadap asimetri pasut di laguna. Temuan ini menegaskan bahwa morfologi laguna dan dinamika komponen pasut lokal memiliki peran krusial dalam membentuk pola asimetri yang
Perpustakaan Digital ITB