digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Di tengah urgensi pengembangan dan pemanfaatan batu bara metalurgi di Indonesia, Formasi Tanjung yang terletak di Kalimantan Tengah memiliki potensi batu bara metalurgi yang dapat dieksplorasi lebih lanjut. Penelitian mengenai keterkaitan antara proses geologi dan kualitas batu bara yang terbentuk menawarkan suatu dasar ilmiah untuk merumuskan strategi eksplorasi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitas batu bara metalurgi dan faktor-faktor geologi yang memengaruhinya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi ilmiah dalam pengembangan dan pemanfaatan batu bara metalurgi di Indonesia. Karakterisasi batu bara metalurgi dilakukan berdasarkan nilai kalori, reflektansi vitrinit, crucible swelling number, dan kadar abu batu bara. Meskipun memiliki nilai crucible swelling number lebih dari tujuh, batu bara dalam penelitian ini juga memiliki nilai kadar abu pada rentang 10 hingga 25 persen dalam basis air-dried sehingga menunjukkan karakteristik yang sangat tidak ideal untuk memproduksi kokas. Faktor geologi yang memengaruhi peringkat batu bara diketahui berdasarkan analisis pola kematangan batu bara, analisis mineral matter, analisis anomali gravitasi, dan analisis tekanan pemendaman. Berdasarkan burial history, paleotemperatur Formasi Tanjung ketika mencapai kematangan batu bara memiliki nilai pada rentang 125 hingga 145 derajat Celsius, sesuai dengan dengan temperatur pemendaman berdasarkan nilai reflektansi vitrinit sehingga tekanan pemendaman yang berlangsung sejak Kala Eosen merupakan faktor utama yang memengaruhi peringkat batu bara dalam penelitian ini. Sementara itu, faktor geologi yang memengaruhi mutu batu bara diketahui berdasarkan asal usul material anorganik, lingkungan pengendapan, dan peta fasies dan isopach. Berdasarkan interpolasi nilai kadar abu pada peta fasies dan isopach, nilai kadar abu batu bara di lingkungan dengan asosiasi fasies channel dapat melebihi 10 hingga lebih dari 20 persen dalam basis air-dried, lebih tinggi dibandingkan kadar abu batu bara di lingkungan dengan asosiasi fasies backswamp yang hanya mencapai nilai kurang dari 10 persen dalam basis air-dried sehingga lingkungan pengendapan berupa sistem fluvial bermeander secara signifikan memengaruhi kadar abu atau mutu batu bara dalam penelitian ini.