Isu perubahan iklim global semakin menguatkan urgensi untuk menilai dan
menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari berbagai sektor, termasuk
pengelolaan air limbah domestik di kawasan urban. Kota Bandung, sebagai salah
satu kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi, menghadapi tantangan
kompleks dalam penyediaan layanan sanitasi yang efisien dan berkelanjutan.
Sistem pengelolaan limbah domestik yang digunakan saat ini masih didominasi
oleh sistem individual berupa tangki septik, dengan sebagian lainnya
mengandalkan fasilitas pengolahan terpusat (IPAL komunal) yang belum optimal
secara operasional. Dalam konteks ini, penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi, mengukur dan menganalisis kontribusi emisi GRK, khususnya
metana (CH?), karbon dioksida (CO?) dan dinitrogen oksida (N?O), dari dua
sistem utama untuk air limbah di Kota Bandung, yaitu IPAL komunal dan tangki
septik.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengukur dan membandingkan tingkat
emisi GRK yang dihasilkan oleh sistem pengolahan air limbah domestik komunal
dan individual, serta mengevaluasi efisiensi sistem tersebut dalam menekan
dampak lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan yang digunakan
mencakup pengukuran langsung dengan metode ruang fluks dan gas analyser,
pengambilan dan analisis sampel di laboratorium menggunakan teknik Gas
Chromatography (GC-TCD), serta perhitungan teoritis berbasis panduan IPCC
2019. Studi dilakukan pada empat lokasi penelitian yang mewakili kedua sistem,
dengan pengambilan data empiris selama satu hari di masing-masing lokasi. Data
primer dikumpulkan melalui pengukuran fluks emisi, diiringi dengan
pengambilan sampel air limbah dan gas. Data sekunder diperoleh dari berbagai
lembaga, termasuk BPS, KLHK, serta wawancara dengan pengelola unit sistem
sanitasi.Hasil pengukuran menunjukkan bahwa sistem tangki septik menghasilkan emisi
GRK lebih tinggi dibanding IPAL komunal. CH? pada tangki septik tercatat
sebesar 0,44 kg/orang/tahun, sementara IPAL komunal berkisar 0,58
kg/orang/tahun. Emisi CO? dari tangki septik jauh lebih tinggi, mencapai 1,88kg/orang/tahun, dibanding IPAL (0,31 kg/orang/tahun). Untuk N?O, hasil GC
menunjukkan konsentrasi 0,01 kg/orang/tahun dari tangki septik dan 0,03
kg/orang/tahun dari IPAL. Sehingga, estimasi total emisi tahunan Kota Bandung
dari sektor limbah domestik masing-masing GRK, gas CO? seberat 2,2 Gg, gas
CH? 0,8 Gg dan N?O 0,04 Gg, dengan dominasi dari sistem tangki septik.
Jika dibandingkan dengan penelitian sejenis, seperti Leverenz et al. (2010) dan
Ddiba et al. (2024), penelitian ini menawarkan dua keunggulan penting:
penggunaan metode gabungan pengukuran langsung dan perhitungan teoritis,
serta penerapan pendekatan lokasi-spesifik yang relevan dengan karakteristik
wilayah tropis dan urban di Indonesia. Pendekatan analisis diferensial terhadap
fluks gas secara waktu nyata menghasilkan data emisi yang lebih akurat daripada
model default IPCC semata. Selain itu, integrasi uji statistik komparasi dan
korelasi memungkinkan identifikasi parameter utama yang berpengaruh terhadap
variasi emisi GRK antar sistem, seperti kadar BOD, COD dan suhu limbah.
Kebaruan dari penelitian ini terletak pada integrasi pengukuran emisi GRK dari
sistem pengelolaan limbah domestik di lingkungan urban padat, yang memadukan
metode ruang fluks dengan evaluasi laboratorium dan simulasi IPCC dalam satu
studi terpadu. Belum ada studi sebelumnya yang mengkaji secara komprehensif
perbedaan emisi CH?, CO? dan N?O antar sistem IPAL komunal dan tangki septik
di wilayah perkotaan Indonesia, apalagi dengan memperhitungkan skala populasi
dan distribusi sistem secara aktual.Kontribusi utama penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan adalah penyediaan
data dasar emisi GRK dari sektor sanitasi domestik di negara berkembang,
khususnya dalam konteks urbanisasi dan sistem sanitasi campuran. Temuan ini
memberikan landasan empiris untuk kebijakan pengurangan emisi GRK dari
sektor limbah, termasuk peningkatan efisiensi sistem IPAL komunal, adopsi
teknologi pemanfaatan biogas dari tangki septik, serta pengembangan strategi
sanitasi rendah karbon di tingkat kota. Penelitian ini juga membuka peluang untuk
integrasi data emisi sektor sanitasi dalam inventarisasi GRK nasional, serta
pengembangan model mitigasi berbasis spasial dan sosial-ekonomi.
Perpustakaan Digital ITB